Salah satu tempat favorit di rumah kakak saya adalah paviliunnya. Mengapa? Karena di sana saya bisa menemukan banyak sekali tumpukan kain perca sisa konveksi. Ibarat mengaduk-aduk barang obralan, gerombolan kain perca yang berwarna warni itu pun membuat saya betah berlama-lama disana.
Kain perca adalah sisa potongan dari gulungan kain yang tidak dipakai lagi dalam proses produksi pakaian atau produksi tekstil lainnya. Kain perca biasanya berbahan katun, kaos, Teteron Cotton (TC), wool, lycra, ceruti, chiffon, satin, denim, rayon, sutra, polyester dan flannel dengan warna yang beragam. Di dalam dunia perkainan kain perca acap kali disebut dengan majun.
Dulu ketika saya masih bekerja di salah satu perusahaan sepatu dan sandal wanita, setiap bulannya selalu ada pengeluaran untuk membeli kain perca. Kain perca ini digunakan dalam proses finishing sepatu dan sandal kulit sebelum akhirnya masuk kotak dan dikirim kepada toko atau distributor yang memesannya. Â Selain untuk kebutuhan industri, kain perca juga kerap digunakan untuk membuat kerajinan tangan.
Kain perca yang tadinya tidak berharga, bila telah disulap menjadi sebuah produk kerajinan tangan nilainya akan bertambah. Ya, kain perca ternyata memberikan sebuah  peluang bisnis tersendiri dengan keuntungan yang cukup menggiurkan.
Saya adalah penyuka kerajinan tangan, bagi saya segala sesuatu yang dibuat langsung oleh tangan memiliki nilai seni tersendiri. Â Oleh karena itu, ketika melihat tumpukan kain perca berwarna warni menganggur, langsung saja saya kumpulkan dan membawanya pulang. Â Selain kain perca katun, saya pun memiliki kain perca berjenis felt. Â
Potongan kain felt ini saya dapatkan dari sisa pembuatan kaos aplikasi felt yang dulu pernah saya kerjakan untuk beberapa customer kesayangan. Nah, dua jenis bahan inilah yang paling banyak saya gunakan untuk membuat kerajinan tangan seperti bros, kaleng tempat menyimpan pulpen, tempat ponsel, baju, pelapis busa kursi rotan sampai tas dan semuanya di buat dengan modal pengetahuan jahitan amatiran.Â
Tas sling yang pernah saya buat di atas pun begitu, walaupun telah menggunakan mesin jahit namun jahitannya belum rapi benar. Saya sebenarnya hanya bisa membuat totebag, apalagi sebelum mempunyai mesin jahit, walaupun termehek-mehek menjahit dengan tangan tidak membuat saya patah arang. Jahitan tangan saya sungguh tidak menawan, berbeda dengan jahitan tangan simbah yang sangat rapih dalam menjahit semua kebaya kutubarunya dengan pola yang sama, hanya berbeda kain saja.
Kembali ke tas sling, tas ini dibuat dengan hanya mengandalkan feeling saja, asal gunting, lipat, dan jahit. tidak memakai pola dan teknik menjahit yang ribet. Jahitannya pun agak miring-miring, maklum silindris hihi ngeles. Bila sekiranya ada yang terlihat ganjil dengan penampakannya, maka saya bongkar lagi jahitannya. Benar-benar maksa pokoknya. Contohnya, pita polkadot ungu yang berjajar tiga itu, akhirnya saya bongkar lagi, karena setelah ditilik-tilik, kok kayaknya pita-pita itu tidak berada di tempat yang tepat.
Di bawah ini adalah contoh-contoh kerajinan tangan yang telah saya buat dari memanfaatkan kain perca.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H