Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Penghujung Senja (38) - Tamat

14 November 2017   16:40 Diperbarui: 14 November 2017   18:12 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rein pun tersenyum kecil, nyaris tak terlihat.

"Aku senang bisa berteman dengan kamu lagi dan bagiku itu sudah cukup. Tapi tidak bagi Shia, dia tahu kalau aku mulai dekat lagi dengan kamu kan?"

"Ya.."  Rein menjawab dengan gumaman yang parau.

"Maafkan aku, Aku telah membuat Shia menyakiti kamu. Jojo cerita semuanya ke aku."

Ah Jojo, seharusnya aku tahu.

"Itu semua bukan salah kamu, lagi pula semuanya telah berakhir." Suara Rein kini terdengar jelas.

Jed menatap gadis di sisinya, desau angin menerbangkan helai rambut gadis itu yang kini mulai memanjang.  Beberapa hari yang lalu, Nara, kakaknya menceritakan semua hal tentang Shia dan Rein. Nara sangat menyesali semuanya.  Nara berkata bahwa selama ini, ia merasa sangat bersalah kepada mereka.  

Tidak sepantasnya seorang kakak menghalangi kebahagiaan adiknya.  Melindungi  mungkin adalah tugas seorang kakak terhadap adiknya. Tetapi apalah artinya perlindungan apabila hal itu hanya membuat kebahagiaan adiknya tercerabut.  Jed yang emosinya kerap meletup-letup, hanya diam mendengarkan semua cerita kakaknya.  Jed sadar semua peristiwa yang dihadapinya secara tidak langsung telah mendewasakannya.  Dan ketika Nara akhirnya meminta maaf kepadanya, ia hanya  tersenyum.  Jed tahu apa yang dilakukan oleh kakaknya adalah demi kebaikannya. Dan Jed memastikan bahwa Rein pun mempunyai pemikiran yang sama dengannya.  Rein tidak akan pernah menyalahkan Nara.

Rein memandangi Jed yang kini terlihat tengah melamun. Ia merasa, betapa ia sangat mengasihi pemuda yang duduk di sampingnya itu. Ia tidak dapat mengingkari bahwa semenjak ia mengenal pemuda itu, ada ruangan di hatinya yang selalu terisi dengan segala hal tentangnya.  Susah payah ia berusaha melupakan semua rasa itu, tetapi tidak berhasil. Rasa itu masih saja berdiam disana, memenuhi rongga hatinya.  Mendadak Rein teringat akan perkataan Lea kemarin sore. Lea yang selalu benar.

Rein menyentuh lengan Jed lembut, yang membuat Jed terbangun dari lamunannya, ia tersenyum. Sementara itu matahari terlihat telah tenggelam di ufuk barat meninggalkan semburat warna jingga yang sangat memesona.

"Matahari telah menghilang, sebaiknya kita pergi dari sini." Rein mulai berkemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun