Rein sekali lagi menatap sosok Jed dari kejauhan.Â
"Widiiiih, keren bahasanya, dapet darimana?" Lea terkikik kembali.
Rein memelototi Lea dengan galak yang membuat sahabatnya itu langsung menutup mulutnya dengan keduabelah tangannya.
"Tapi bukankah saat-saat begini yang kamu tunggu? Saat dimana dia mencari kamu?" Lea menarik lengan Rein, mencoba menghentikan langkah gadis itu.
"Terlalu banyak hal buruk yang telah aku perbuat karena rasa itu."
"Hal buruk apa? Semua hal yang terjadi dalam hidup kamu itu bukanlah sebuah keburukan tapi sebuah perjalanan hidup yang memang harus kamu jalani. Â Setelah apa yang kamu lalui, aku pikir kamu berhak mendapatkan sebuah akhir yang bahagia."
Rein kembali terdiam, tatapannya kembali tertuju kepada sosok yang kini tengah memainkan gelang persahabatannya. Â Kebiasaan yang sangat Rein hafal ketika Jed merasa gugup atau tidak nyaman.
"Rein," Lea menyentuh bahu Rein lembut.
"Cinta adalah anugerah, jangan pernah mengelak darinya. Â Warnailah hidup kamu dan hidupnya dengan menyatukan rasa yang telah kalian simpan sejak lama." Lea merangkul pundak sahabatnya.
"Aku gak tahu,Ya, aku pergi." Rein melangkahkan kakinya dengan berat.
***