Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Banjir, Salah Siapa?

31 Oktober 2017   17:26 Diperbarui: 2 November 2017   03:25 5121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, terendam banjir, Selasa (10/2/2015). (WARTA KOTA / ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Seharusnya ada sebuah lembaga yang mulai mengurusi para pembuang sampah sembarangan ini. Mengatur semua yang berkaitan dengan sampah termasuk mencuci otak atau menghipnotis para pembuang sampah sembarangan agar bisa membuang sampah pada tempatnya.

Pertambahan penduduk yang membabi buta juga merupakan salah satu hal penyumbang banjir. Mengapa? Karena bertambahnya populasi berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah pemukiman. Jangankan lahan kosong tak produktif, pesawahan yang produktif saja sudah mulai berubah fungsi menjadi pemukiman. Jadi tak heran ketika ada yang berkata bahwa nanti kita tak bakalan makan nasi soalnya sawahnya bukan ditanami padi tapi ditanami batu.

Nah, makin banyak rumah, makin jarang tanah resapan kan?  Membuat biopori adalah salah satu solusinya, tetapi harus sesuai dengan kaidah yang berlaku jangan sampai biopori itu hanya menjadi lubang sumur menganga yang tidak berfungsi secara optimal persis seperti di kampung saya.

Penebangan pohon secara masif juga memiliki andil dalam bencana banjir. Tak hanya para penebang liar, banyak tetangga saya yang juga risih terhadap keberadaan pepohonan, sekalipun bukan miliknya sendiri.   

Mereka gatal dengan pohon mangga dan jambu air saya.  Alasan yang dikemukankan adalah dari sampah daun yang di timbulkan sampai meniupkan isu penunggu pohon mangga yang sering jail, aih. Padahal kurangnya pepohonan dan tanaman membuat air tidak dapat terserap secara maksimal.

Nah, bila rembesan air yang kerap nongol di rumah saya, itu murni karena kesalahan mandor yang bukan lulusan teknik sipil #eh.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun