Menurut seorang teman yang bukan ahli feng shui, rumah tusuk sate itu akan banyak mendatangkan musibah, jadi sebisanya hindarilah memiliki rumah yang posisinya terletak di tengah jalur pertigaan sebuah jalanan. Namun apa boleh dikata. Rumah saya adalah rumah yang posisinya bisa di sebut tusuk sate bukan tusuk gigi apalagi tusuk jarum, kalau yang itu harus pergi ke shinshe hehe.
Dan memang ada beberapa kejadian buruk yang dikhawatirkan teman saya itu terjadi. Kejadian miris yang membuat saya sedikit meringis ini biasanya berlangsung di malam hari nan sunyi sepi.
Seperti halnya peristiwa dua tahun yang lalu. Malam itu jarum jam baru saja menunjuk di angka 11 malam. Saya dikagetkan oleh suara "gubrak" yang sangat mencurigakan. Begitu keluar rumah, sudah ada sebuah motor yang tiduran persis di bawah kursi teras. Sebelum mencium kursi, rupanya motor tersebut lebih dulu menghantam pagar sampai coplok dari rangkaiannya. Penunggang motornya sih baik-baik saja, ya hanya tergores sedikit di bagian tangan dan kakinya. Tapi pintu pagar dan kursi teras saya rusak permanen.Â
Setelah diamati ternyata sang rider yang merupakan anak muda usia 20 tahun-an itu sedang teler berat. Entah habis nyim*ng, menegak miras oplosan atau ngelem, yang pasti dia sedang mengawang awang. Para bapak yang berkerumun pun ogah menolong pemuda yang ternyata memiliki kakek dan ibu yang berprofesi sebagai guru itu. Beruntung, ada temannya yang merupakan tetangga saya dan sama-sama berstatus biang kerok, muncul untuk mengantarnya pulang. Tersaruk-saruklah mereka berdua, ibarat dua remaja pulang malam mingguan yang kehabisan uang jajan.
Satu tahun yang lalu, pintu pagar rumah saya kembali di hajar oleh seorang pengendara motor. Suara knalpot motor matik-nya sebelum menabrak pagar terdengar aneh dan menggetarkan gendang telinga, bak suara gemuruh badai yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Begitu ditengok, motor berwarna merah tak jelas itu telah tergeletak pasrah di halaman depan beserta serpihan kaca spion yang berhamburan. Lagi-lagi rangkaian pagar kembali menjadi korban. Alih alih menolong, para bapak yang tiba -tiba berkerumun pun malah asik memarahinya. Habis jatuh tertimpa tangga pula, begitulah nasib si bocah tanggung itu. Kali ini tidak ada yang mengantarnya pulang, persis seperti jelangkung, datang tak di undang pulang tak di antar.
Nah, beberapa bulan lalu, di siang hari bolong, pagar tembok rumah saya pun ikut bolong. Kasus tabrak lari, hit and run. Tersangkanya sebuah kendaraan 4WD. Pengemudinya tentu saja seorang pecundang. Lari tunggang langgang bagai kuda lepas dari kekangan.
Tidak hanya motor dan mobil, namun kuda, becak, sepeda, dan gerobak pun pernah mencium pagar depan rumah saya.
Apakah semua peristiwa di atas adalah karena letak rumah saya yang berupa tusuk sate ?
Banyak mitos yang bertebaran tentang rumah tusuk sate diantantaranya seperti pemilik rumah akan mudah sakit, hubungan keluarga tidak akan harmonis, dan akan banyak nasib buruk menghampiri.Â
Bila dilihat dari letak rumah tusuk sate yang berada di ujung jalan maka aliran angin akan menerpa rumah dengan sangat kuat, alhasil debu dan kotoran pun akan banyak menumpuk. Dan itulah yang terjadi pada rumah saya, satu hari ditinggal pergi, debu-debu mulai hinggap dimana-mana. Nah, debu dan kotoran inilah yang mungkin dapat mendatangkan penyakit. Untuk menghindarinya, penghuni rumah harus rajin bersih-bersih. Atau saat awal membangun, tempatkan pintu dan jendela di samping sehingga sirkulasi udara berasal dari samping.
Rumah tusuk sate yang menghadap langsung ke persimpangan menyebabkan sinar matahari langsung masuk tke dalam rumah tanpa penghalang. Hal itu menjadikan rumah berhawa panas. Nah, hawa panas akan menyebabkan banyak masalah seperti tidak fokus dan emosi tinggi. Hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Untuk menyiasati keadaan ini, maka ada baiknya rumah yang berada di posisi ini diberi penghalang sinar matahari seperti kanopi atau tirai.