Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rasa Pop di Album Terbaru Linkin Park "One More Light"

18 Juli 2017   15:27 Diperbarui: 21 Juli 2017   04:38 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit terkesima ketika pertama kali mendengarkan isi album terbaru milik salah satu band nu metal ternama, Linkin Park (LP) yang rilis pada bulan Mei silam. Betapa tidak, muatan album ke- 7 dari band yang beranggotakan Chester Bennington, Rob Bourdon, Brad Delson, Dave Farrell, Joe Hahn dan Mike Shinoda itu tidak sekeras biasanya. 

Teriakan garang sang frontman, Chester Bennington berganti menjadi ooh ooh dan na na na na, rappin'-nya Shinoda menjadi barang langka dan diambil alih oleh rapper lain, cabikan gitar yang berat ala Brad Delson berubah menjadi strumming lembut yang terasa nge-pop bahkan  nge-folk. Tak salah kiranya bila banyak fans mereka yang merasa kecewa akan muatan album ini. Bahkan ada yang menyamakan album yang berjudul One More Light ini dengan warna musik Justin Beiber yang berkolaborasi dengan Chainsmokers. 

Beberapa fans menuduh LP telah menggadaikan idealisme bermusiknya demi mengikuti tren dan merebut pangsa pasar yang lebih luas. Dan hasilnya, semua kicauan para penggemarnya ini disambut makian Bennington secara terang-terangan. Hal yang seharusnya tak dilakukan oleh seorang frontman band yang namanya telah dibesarkan oleh para penggemarnya.

Tak dapat dipungkiri, banyak band yang dalam perjalanan bermusiknya memilih untuk bereksperimen dengan sound yang mereka perdengarkan. Dan hal inilah yang terjadi pada band asal Agoura Hills California ini. Diawali dengan genre nu metal yang garang pada album debutan mereka Hybrid Theory dan tiba-tiba melembut menjadi alternatif rock di album Meteora. Pada album selanjutnya Minutes to Midnight yang diproduseri oleh Rick Rubin unsur rock lebih dikurangi lagi berganti dengan elektronik rock lalu disambut dengan racikan elektro tekno pada album A Thousand Suns dan Living Things. 

Nah, pada album keenam mereka yang bertajuk The Hunting Party, band yang terlibat dalam proyek musik tema untuk  tiga film Transformers yang dibintangi Shia LaBeouf itu kembali ke akar nu metal mereka yang ditandai dengan kolaborasi bersama gitaris Rage Against The Machine, Tom Morello dan gitaris System of A Down, Daron Malakian. Namun entah apa yang terjadi, album terakhir mereka berubah drastis menjadi sangat manis dengan unsur pop dan taburan EDM dimana-mana.

ilustrasi : morungexpress
ilustrasi : morungexpress
Saya sendiri bukanlah penggemar garis kerasnya band yang langsung melesat popularitasnya ketika merilis album debutan mereka Hybrid Theory pada tahun 2000 silam ini, namun bagi saya band yang awalnya bernama Zero itu adalah salah satu band yang mampu menjembatani  perubahan warna musik tahun 90-an yang kental dengan nuansa rock ke tahun 2000-an yang kuat dengan unsur hip hop-nya. 

Album One More Light sendiri terdiri dari 10 nomor yang lembut. Diawali dengan nomor Nobody Can Save Me yang intronya terdengar sebelas-duabelas dengan racikan musik salah satu punggawa EDM yang akhir-akhir ini sering terdengar dimana-mana, Marshmellow.

Sebagai band rap rock , LP memiliki Mike Shinoda sebagai rapper-nya. Namun, seperti tidak ingin ketinggalan dengan tren musik yang tengah berkembang, band yang dinobatkan majalah Kerrang! sebagai  The Biggest Rock Band in the World Right Now  pada tahun 2014 lalu itu pun tak segan menampilkan bintang tamu untuk dua lagunya, salah satunya di nomor Good Goodbye. Shinoda dibuat minggir sejenak, karena posisinya digantikan oleh  rapper kondang, Pusha T yang berkolaborasi dengan Stromzy, musisi grime yang cukup terkenal. Album ini membuat Shinoda seakan tak diperlukan perannya lagi. Ah, sayang sekali.

Nomor ketiga yang mereka sajikan adalah lagu yang bertajuk Talking to My Self. Gebukan drum dalam nomor ini cukup menghentak, memberi sedikit unsur rock sebagai pelipur lara. Suara Bennington sendiri terdengar agak sedikit lepas.

Bagaimana dengan Battle Symphony? Lagi-lagi nomor yang satu ini membuat saya gemas karena seharusnya nomor ini dapat disisipi dengan teriakan garang dari Bennington, namun sampai akhir lagu vokalis yang pernah bergabung dengan Stone Temple Pilots ini seakan kekurangan energi untuk melakukan hal tersebut.

Lagu selanjutnya adalah Invisible. Di tembang ini, sang rapper Mike Shinoda selain menulis lagunya juga menjadi pengisi vokal nomor yang terdengar  sangat nge-pop ini.

Bila di nomor Good Goodbye, LP menampilkan rapper tamu maka di nomor Heavy, mereka mengajak seorang penyanyi pop bernama Kiiara untuk berkolaborasi. Lagunya sendiri cukup enak didengar, walau tetap saja kurang greget karena seharusnya dalam beberapa bagian, Bennington dapat memberikan aksen kasar pada nomor yang merupakan single mereka yang pertama rilis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun