Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Sebuah Bangku: Ekranisasi yang Lahir dari Rahim Imajinasi Sekelompok Anak Muda Kreatif

17 Juli 2017   15:36 Diperbarui: 17 Juli 2017   21:50 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Books and movies are like apples and oranges. They both are fruit, but taste completely different.  Stephen King.

Buku (novel) dan film memanglah sama-sama sebuah karya seni namun rasa yang dilahirkan dari dua karya tersebut sangatlah berbeda. Ketika membaca sebuah novel, imajinasi kita akan meliar tanpa batas ruang dan waktu. Namun berbeda saat kita menonton sebuah film, cerita dihadirkan dengan segala keterbatasan ruang dan waktu.Beberapa tahun kebelakang banyak film yang kisahnya diadaptasi dari sebuah novel atau fiksi berbentuk narasi lainnya yang kerap disebut ekranisasi. Film jenis ini biasanya mengalami banyak penambahan atau pengurangan. Setting, penokohan bahkan alurnya pun terkadang dibuat berbeda. Semuanya tergantung kepada kru film yang menjabarkan karya narasi tersebut kedalam bentuk audio visual. Dan hal itu tidaklah mudah. Dalam pembuatan film, banyak kepala yang dilibatkan, hal ini lah yang membuat sebuah karya film menjadi sangat kompleks.

Disamping pemeran, pemilihan setting, artistik, wardrobe sampai make-up tak luput dari perhatian demi mendukung proses pengambilan gambar dari scene ke scene-nya. Semua hal tersebut lalu digenapi dengan proses editing yang menjadi sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Seluruh proses pembuatan film yang sangat kompleks ini membutuhkan waktu dan dana yang tak sedikit. Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi sekali kepada sekumpulan anak muda yang telah mengadaptasi cerpen yang saya tulis menjadi sebuah film pendek berdurasi 30 menit.

Cerpen berjudul Di Sebuah Bangku Semen ini merupakan cerpen pertama yang saya posting di Kompasiana. Beberapa bulan kemudian saya kirim ke sebuah situs cerpen bernama Cerpenmu. Proses penerbitan cerpen di situs ini memakan waktu yang sangat panjang mengingat banyak sekali cerpen yang harus dimoderasi oleh para adminnya. Saking lamanya dan tak ada notifikasi apapun, saya pun pesimis kalau cerpen saya tersebut bakal lolos moderasi.

Ternyata cerpen yang saya kirimkan sekitar bulan Agustus itu terbit di bulan November.  Dan yang membuat saya terkejut adalah kisah Damon dan Lara ini menjadi Cerpen of The Month kala itu.

Yang membuat saya lebih terkejut lagi bahwa cerpen yang terinspirasi oleh sebuah bangku semen di area kampus saya dulu itu akan diadaptasi menjadi sebuah film pendek oleh Mas Adie Sapar seorang produser yang sebelumnya telah menelurkan sebuah film pendek berjudul "Gadis di Bangku Sebelah".

Sebuah kabar yang menggembirakan mengingat ada sekumpulan anak muda yang memiliki semangat untuk membuat sebuah karya berbentuk film diantara keterbatasan waktu yang mereka miliki karena tetap harus menjalankan kewajiban menuntut ilmu secara formal.

Walaupun alur dan setting  dalam film ini mengalami beberapa perubahan namun tak membuat inti dari ceritanya sendiri menjadi kabur. Setting dan beberapa hal lainnya disesuaikan dengan kondisi dan era. Misalnya bila dalam cerpennya, saya masih termehek-mehek dengan walkman dan kaset berpita, maka dalam filmnya cakram optik dan laptop-lah yang tersaji. Selain itu bila di cerpennya saya menyoroti kehidupan para mahasiswa, maka dalam filmnya disesuaikan menjadi lingkup kehidupan anak sekolah menengah atas sesuai dengan masa dimana para kru yang terlibat berada. Satu hal yang membuat saya takjub adalah barisan lirik yang diperuntukan sebagai sebuah lagu yang diciptakan Damon untuk Lara benar-benar mereka jadikan sebuah lagu yang ear-catchy.

Terlepas dari penambahan, pengurangan, perubahan di sana sini dan sedikit keseleo huruf pada penulisan nama di credit, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Mas Adie dan semua kru film yang telah mengapresiasi kisah Damon dan Lara ini dengan menyajikannya ke dalam media gambar bergerak dengan balutan lagu dan musik pendukung yang pas.

Keep up the good work guys!

Kalian adalah sekumpulan anak muda keren yang membuat amatiran seperti saya ini tetap bersemangat untuk menulis.

Sekian.

Di Sebuah Bangku - Film Pendek.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun