Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Chris Cornell, Pergi dalam Sepi

18 Mei 2017   19:48 Diperbarui: 19 Mei 2017   03:34 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duka tengah menyelimuti dunia musik, khususnya grunge, karena salah satu musisi pionirnya telah pergi untuk selamanya. Setelah ditinggalkan Kurt Cobain, kini giliran Chris Cornell yang harus pergi. Frontman dari mega grup Soundgarden itu meninggal dunia pada usia 52 tahun pada rabu malam sesaat setelah meninggalkan stage dalam rangkaian turnya di kota Detroit. Kematiannya yang tiba-tiba ini membuat hati para penggemarnya mendadak terasa sepi dan kosong.

Chris Cornell yang bernama lengkap Christopher John Boyle itu meninggalkan banyak jejak manis di dunia musik grunge khususnya dan musik rock pada umumnya. Mengawali karir sebagai personil band kaveran bernama The Shemps, pria yang memiliki jangkauan suara sampai  4 oktaf ini memiliki karir bermusik yang dapat dikatakan stabil. Pendiri Temple of The Dog itu telah membukukan banyak album-album menarik, baik saat ia bergabung dengan Soundgarden, Audioslave atau pun ketika bersolo karir.

Menghabiskan masa remajanya dengan mendengarkan lagu-lagu The Beatles, membuat Cornell dekat dengan musik bergenre rock.  Hal inilah yang akhirnya membuat ia mendirikan sebuah band bernama Soundgarden pada tahun 1984 silam bersama Kim Thayil, Hiro Yamamoto, Scott Sundquist yang selanjutnya digantikan oleh Matt Cameron.  Soundgarden menjadi band grunge pertama yang menandatangani kontrak rekaman dengan label besar  untuk album Louder Than Love.   Album Soundgarden yang bertajuk Superunknow menjadi album yang paling sukses dengan single-single yang menggebrak seperti  Black Hole Sun dan Spoonman. Album ini pula yang telah mendatangkan beberapa penghargaan untuk band yang merupakan bagian dari The Big Four of Grunge ini.

Ketika Soundgarden vakum, sahabat Eddie Vedder ini memilih untuk bersolo karir dengan merilis album Euphoria Morning.  Salah satu nomor di album ini yang bertajuk sunshower dijadikan soundtrack untuk film The Great Expectations dan Mission impossible 2.  Selain Sunshower, pria kelahiran  20 Juli 1964 ini pun memiliki single yang diperuntukan sebagai tema lagu James Bond : Casino Royale.  Dan hal ini menjadikan Cornell sebagai musisi pria Amerika pertama yang mengerjakan proyek lagu tema untuk film yang sangat legendaris itu.  Di tahun ini, Cornell pun mengerjakan proyek lagu tema untuk film yang diperankan oleh Christian Bale, The Promise yang berkisah tentang genosida yang terjadi di Armenia.

Album solo kedua Cornell bertajuk Cary On rilis pada tahun 2007 lalu.  Dalam album ini Cornell menyanyikan ulang lagu milik Michael Jackson yang berjudul Billie Jean.  Di tangan Cornell, lagu yang aslinya bertempo cepat itu berubah menjadi sangat melow.  Nomor lainnya yang sangat menarik di album yang di produseri oleh Steve Lillywhite  adalah No Such Thing. Adapun album solo terakhir pria yang berada di posisi ke-9 sebagai vokalis terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone ini rilis pada tahun 2015 lalu yang berjudul Higher Truth.

Selain Soundgarden, Cornell pun terlibat dengan band yang bernama Audioslave.  Bersama para personil  Rage Against the Machine yaitu Tom Morello, Tim Commerford dan Brad Wilk sesaat setelah ditinggalkan oleh vokalis mereka Zack de la Rocha. Mereka pun mencanangkan berdirinya Audioslave yang ditandai dengan rilisnya album pertama  yang bertajuk Audioslave pada tahun 2002 silam. Like a Stone merupakan nomor hits  dari album yang diganjar sertifikat platinum ini. Album kedua Audioslave rilis pada tahun 2005 bertajuk Out of Exile. Sedangkan album ketiga mereka yang bertajuk Revelations yang rilis satu tahun kemudian muatannya terdengar sedikit nge-funk.  Pada tahun 2007, Pria yang memiliki warna suara bariton namun dapat menjangkau nada-nada tenor itu  memutuskan untuk hengkang dari Audioslave dikarekan adanya konflik dan perbedaan pandangan.  Namun pada bulan Januari lalu, Audioslave sempat mengadakan konser reuni dalam acara penolakan atas inagurasi presiden baru mereka, Donald Trump.

Kini Chris Cornell telah pergi untuk selamanya, namun  karya-karyanya akan selalu ada di hati para penggemarnya. 

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun