Dilema dari sisi tetangga.
Setelah di pikir-pikir sampai miring, tempat jemuran yang saya rindukan itu ternyata sederhana saja. Terletak di halaman belakang rumah yang jauh dari hilir mudik orang. Tiang, tali, dan penjepit jemurannya ala punya emak emak di film cowboy, romantis banget pokoknya. Bermandikan sinar matahari yang cukup, dan bila hujan turun dengan tiba tiba, gak akan dibuat panik karena ada kanopi otomatis yang memayungi para jemuran. Beralaskan rerumputan jepang yang terasa lembut di kaki dan di selingi batuan kali sebagai jalan setapaknya. Terdapat aliran sungai buatan yang airnya jernih di hiasi dengan ikan koi warna warni. Ada bangku taman yang seempuk sofa, fasilitas menuggu jemuran sampai waktunya diangkat tiba. Â Dan terakhir ada kolam renang lengkap dengan ember tumpahnya, air terjun, terapi ikan, panggung hiburan, cafetaria dan tak lupa mushola, heuheu.Â
Ah, ya sudahlah, Â memang tak ada lokasi menjemur yang sempurna. Apa yang dikatakan bunda Dorce benar adanya bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan semata.
Terakhir, mengutip dari kata kata bijak seseorang yang tak mau disebut namanya, walau hanya inisialnya saja, yaitu :
“Syukuri lah apa yang kita miliki sebelum semuanya hilang karena tidak kita pedulikan"
Selamat menjemur pakaian.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H