Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keep on Rockin' and Save the Horses

27 Agustus 2016   13:57 Diperbarui: 27 Agustus 2016   14:24 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terbahak ketika seorang teman menulis sebuah barisan pesan yang berbunyi : Keep on rockin‘ and save the horses. Pesan yang aneh, tapi setelah di di pikir lama kok jadi gak aneh ya.

Kuda dan saya :

Kuda favorit saya adalah Maximus. Kuda istana yang sangat cakap dan pemberani, mempunyai mimik muka yang sangat kocak. Menonton Tangled berkali kali  karena  suka dengan si Max ini, selebihnya bonus.

Kuda favorit kedua saya adalah kudanya Lucky Luke, si Jolly Jumper. Kuda putih bertotol coklat yang di gadang gadang sebagai kuda tercerdas di dunia. Mempunyai surai blonde dan bulu mata yang aduhai. Mungkin Utut Adianto akan senang bila ketemu dengannya, karena si Jolly Jumper ini gape sekali main catur selain mencuci baju tentunya.

Di kampung saya, kuda yang menarik delman adalah alat transportasi yang masih eksis. Jauh dekat seribu limaratus rupiah. Para pemilik kuda di sini karakternya bermacam macam. Ada yang lemah lembut, sedang sedang saja dan  galak luar biasa. Saya paling kheki dengan yang galak luar biasa. Mereka ini kadang mencambuki kuda bagai mencambuki kasur kapuk yang di jemur dengan semena mena. Sang kuda hanya dapat meringkik dan meronta.  Dulu mestinya, saya ajak salah satu mantan capres  untuk berkoalisi dalam rangka demo.  Bersama sama membentangkan spanduk bertajuk“Save the horses“ di depan kantor kelurahan sambil menaiki  unimog supaya keren badai.

Kuda dan musik rock :

Saya memiliki teman yang mempunyai band beraliran rock.  Mereka sempat membuat demo album. Salah satu singlenya berjudul “Kuda Liar“.  Saya lupa liriknya, tapi melodinya sih boleh juga.

Di tahun 70 an tersebutlah band rock underground bernama The Kuda. Band ini tidak terlalu terkenal karena hidup di jaman orba, jaman ketika kreatifitas bermusik di berangus sedemikian rupa. Mengapa namanya The Kuda?  Konon katanya, band ini ingin seperti kuda. Karena kuda adalah simbol kerja keras, keuletan serta kerap melawan semua bentuk represi yang mengukungnya. Liar dan berkarakter.

Satu hal, saya tidak suka dengan segala kekerasan terhadap kuda. Kuda berhak hidup dengan damai dan ceria, bukannya setelah kerja keras untuk manusia, menjelang renta malah di hidangkan di meja.

Menurut saya sate kuda adalah sate yang paling gak sopan. Berdasarkan sebuah penelitian, daging kuda memang banyak mengandung banyak manfaat untuk di konsumsi manusia. Tapi please deh, ini kuda, alat transportasi nya William F Cody saat bekerja di Ponny Express. Ini kuda, temannya Secretariat, kuda tercepat di dunia dari Virginia yang bisa berlari dengan kecepatan sampai 80 km/jam.

Ini kuda, yang namanya di abadi kan menjadi salah satu jenis merk mobil. Dan ini kuda yang memberi inspirasi pada band rock 70 an, The Kuda untuk membuat album bertajuk “Duka Kuda”.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun