Suatu hari ketika berjalan jalan dengan seorang keponakan yang berusia awal 20-an.
“Di sini banyak cewek yang pake celana gemes ta Te, seger te,“ kata sang keponakan yang ngakunya paling ganteng di antara teman teman ceweknya :p.
“celana gemes?“ tanya saya keheranan.
“Lha iya, celana gemes Te, hotpants,“ jawab keponakan saya sambil nyengir.
Mmmhhh, celana gemes sama dengan hotpants, baiklah.
Mengamati mode yang sedang berkembang di kalangan kawula muda jaman sekarang itu adalah salah satu hal yang menarik. Menarik untuk disimak juga untuk diprotes heuheu. Banyak gaya, banyak rupa dan banyak warna. Dari gaya emo yang serba miring (eh rambutnya aja ya hehe), gothik yang serba misterius, punk yang serba rancung, underground yang serba hitam mengancam, hiphop yang serba nyantai, sporty yang serba keolahragaan (phuuiiffh), vintage yang serba klasik, sampai gaya allay yang serba lebay melambay dan lain sebagainya. Lalu dari yang berupa celana gemes eh hotpants lengkap dengan tanktopnya, chino dengan bagian kaki yang digulung, skinny, baggy, saggy, legging, jegging, megging sampe celana boxer yang sengaja ditongolin keluar dari balik jeans hipsternya. Dari warna-warna monokromatis, polikromatis, melankolins, romantis sampai warna-warna kontras abis.
Kalo kata Dzawin, salah satu komika di Suci 4, sekarang ini ada juga yang namanya gaya random, misalnya tangan reggae, atas sporty bawah hip hop, gak masalah, gak da yang berisik. Beda banget dengan jaman saya remaja dulu. Di samping urusan mode gak sehebat sekarang, banyak yang masih berisik, kasih-kasih komentar gak jelas, jadi tingkat kepedean melemah *guweh ajah kalee* sampai mempengaruhi IHSG di pasar saham pergaulan.
Seperti yang pernah saya alami dulu. Suatu hari entah bagaimana celana jeans saya yang jumlahnya cuma 3 biji doang, basah semua. Kemeja dan T-shirt belum pada disetrika. Ngaduk-ngaduk lemari dapetnya sweater bercapucon lebay. Ngaduk-ngaduk lemari bokap nemu celana cutbray model tahun 70-an, atas rap bawah elvis, kaki sneakers KW-an, ekspresif, antimainstream, norak haha. Sampe kampus, seorang teman langsung bertanya dengan sewotnya, “Lu mau olahraga di mana?“
“Bukan mau olahraga, cuma mau jogging muter lapangan bola.“
Berisik!
Saya dulu hobi memakai kemeja flannel kotak-kotak. Bukan karena anggota PA atau ngikutin mode anak-anak grunge, gaaaak. Tapi karena kebetulan bapak saya kerjaan sampingannya jualan tu barang.
Dan ada aja yang komentar, “Tiap malem kayaknya gak pernah tidur ya?“
“Emang kenapa?“
“Tu, baju dikotak-kotakin semua.“
Beuuuuh, berisikk!
Dulu pakai rok adalah suatu hal yang gak biasa, apalagi bagi saya yang kerjaannya petakilan di atas bis kota. Praktik bank adalah salah satu mata kuliah yang mengharuskan saya memakai rok, bunga-bunga, panjang bak Cinderella. Suatu hari sepulang dari Dufan main arung jeram basah-basahan, sedangkan hari itu harus langsung kuliah praktik bank. Jadi, dengan sangat melambai dipakailah rok seragam sejak dari awal, biasanya rok dibawa, gantinya ntaran. Nah yang kayak gini nih bukan lagi dikomentarin, tapi disorakin. Berangkatnya disorakin, pulangnya disorakin, ramai-ramai bak supporter bola. Berisik tingkat kesebelasan.
Salah satu setelan paporit saya adalah celana jeans dan T-shirt hitam, biasa banget. Seharusnya udah gak ada yang berisik lagi lah. Tapi ternyata masih adaaaa ajaaa yang komentar. Ketika berjalan dengan seorang teman, ada kakak angkatan yang tadinya mengendap-endap di belakang, tiba-tiba menyalip dengan lihai, sambil menatap nanar dan berkomentar, “Eeeh kirain cowok."
Jiaaaaah, berisik buibu tingkat dua!
Nih kalo berisik terus, lantas guweh pake apah?
Jaman dulu setiap orang punya gayanya masing-masing semacam trade mark gitulah, entah karena punya prinsip mode yang kuat, entah karena koleksi bajunya cuma itu itu aja :p. Yaa seputar jeans, T-shirt, kemeja, sweater, cutter, vedder #eh. Tidak seperti jaman sekarang, meriah banget sampai mengangga terngeces-ngeces mulut ini dibuatnya. Kampus seperti ajang peragaan busana saja.
Beberapa tahun yang lalu ketika berangkat kerja, saya sering bertemu dengan mahasiswi ini. Parasnya cantik, hidung dan telinga di-piercing, gak cuma satu tapi banyak. Eyeliner membingkai matanya, rambutnya gaya emo miring ke samping. Bajunya T-shirt hitam yang ada bling-bling, ikat pinggang spike dengan jeans ketat bak legging. Sepatunya boot, tangannya penuh dengan gelang krincang-krincing, campuran gipsy, gothik, emo dan punk, lengkap banget cyiiin!
I wonder, apa yang bakal dikatakan dosennya ketika melihat mahasiswinya bergaya demikian? Nothing? Ah, there‘s no such thing as nothing kata Chriss Cornel juga :D
Berpenampilan itu memang hak masing masing individu sepenuhnya, tapi alangkah baiknya bila disesuaikan dengan acaranya. Tak elok rupanya bila kuliah memakai celana gemes yang bikin gemes sesama, bukan apa-apa, bikin ribet aja yang liatnya :D
Tapi gak mungkin juga kali ya pakai yang gemes-gemes ketika kuliah di dunia nyata. Yang aneh-aneh itu kan cuma ada di dunia sinetron kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H