Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Ada yang Salah dengan Menjadi Kidal

4 Maret 2016   19:05 Diperbarui: 13 Agustus 2022   14:56 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman dulu sekali ada kelompok masyarakat yang menganggap orang kidal berdekatan dengan kejahatan, setan atau peruntungan buruk. 

Mereka melabeli orang kidal dengan julukan sinister, dan mencap orang kidal sebagai golongan yang gak normal. Dari situ lah, banyak orang tua dan pihak sekolah yang berbasis agama, kerap memaksa anak kidal untuk menggunakan tangan kanannya. 

Padahal hal tersebut bisa berakibat buruk, seperti dapat menimbulkan kecemasan, gangguan tidur, membaca sampai berbicara. King George VI menjadi gagap karena dia dipaksa untuk menggunakan tangan kanannya padahal dia adalah seorang kidal sejati.

Banyak yang menganggap bahwa kidal di dominasi oleh ras kulit putih, padahal sebenarnya di asia pun banyak terdapat orang kidal. Hanya saja karena norma ketimuran dan agama yang menganggap tangan kanan lebih baik dari tangan kiri, maka banyak orang kidal yang menyembunyikan kekidalannya ataupun melatih tangan kanannya untuk aktivitas tertentu.

Tapi menurut saya, gak ada yang salah dengan kekidalan. Karena kita semua diciptakan oleh Nya, dengan segala kekurangan dan kelebihan.

Dan, being lefthanded is not a sin at all.

Sekian.

*lebih dari 2500 orang kidal meninggal setiap tahun karena kecelakaan disebabkan menggunakan barang yang di desain bukan untuk orang kidal

[caption caption="sumber : republika.co.id"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun