Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Pulang

2 Maret 2016   15:03 Diperbarui: 2 Maret 2016   15:19 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Minggu pertama : terinspirasi oleh sebuah puisi.

Drei memandang keluar jendela. Sawah dan tegalan berlomba menari di pelupuk matanya. Pepohonan seakan ikut berlari dengan nya. Rumah penduduk berjajar rapi di tepian kali. Jembatan berkonstruksi kokoh menjalin sungai yang airnya mengalir tenang. Pemandangan yang indah seindah butiran rindu yang mengendap.

Dua tahun sudah Drei meninggalkan kota nya untuk merantau. Sejak lahir sampai menyelesaikan kuliahnya, Drei belum pernah sekalipun keluar dari kota yang telah membesarkannya. Ada rasa senang sekaligus takut yang menghujam hatinya ketika ia menerima surat dari sebuah perusahaan besar yang menerimanya sebagai bagian dari keluarga mereka.
Drei gundah memandangi lembar surat yang kini tergolek lemas di tangannya. Tapi sebuah sentuhan lembut membuyarkan kegundahannya.

"Pergilah Nak, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan di luar sana."
"Tapi, bagaimana dengan Ibu? "
"Tataplah masa depanmu, jangan pernah melihat kebelakang. Ibu akan selalu mendoa kan mu."
Drei menatap wanita separuh baya itu dengan wajah khawatir.
"Jangan pernah mengkhawatirkan ibu. Ada Tuhan yang akan selalu menjaga ibu. Pergilah, berilah kesempatan kepada mereka yang membutuhkan mu."
"Jadi Ibu tidak membutuhkan ku lagi?"
"Tiada yang lebih membutuhkan mu dari pada Ibumu ini. Tapi janganlah pernah mengecewakan mereka yang telah meminang mu."
"Ibu akan selalu ada untukmu. Hidup adalah perjuangan. Berjuanglah dengan sepenuh hati. Pergilah Nak."

Drei membelai sebuah kotak di pangkuannya. Kotak berisi kerinduan akan ibunya. Kotak yang selalu mengingatkan bahwa ada seseorang yang selalu menunggunya.

Ibu, aku pulang.

Terinspirasi dari puisi karya Asrul Sani.

SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

 

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club.

 

[caption caption="logo RTC"][/caption]

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun