Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Hujan

1 Maret 2016   18:57 Diperbarui: 2 Maret 2016   02:12 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ikut lomba lagi?"

Meyda mengangguk.

"Hmm gimana ya, kebetulan aku ada perlu nih." Aruna menghadapkan telapak tangannya ke langit. Tetes hujan mulai jatuh satu persatu menyentuh telapak tangannya yang pucat.

"Perlu? Penting?"

"Ah enggak kok, biasa aja. Dah Mey, sampai besok ya." Aruna melambaikan tangannya sambil berlalu. Sementara Meyda hanya bisa terpana menatap kepergian Aruna.

Aruna berlari kecil menuju emperan Toko bercat hijau itu. Tetes hujan mulai menyapanya riang. Aruna mengusap lengannya yang basah. Ada Beberapa orang yang telah mendahuluinya berdiri di sana.

Hanya dalam hitungan detik, seseorang yang di nanti Aruna tiba. Mendadak jantung Aruna seakan berhenti berdetak. Ken tidak sendiri, di sampingnya ada seorang gadis yang menggengam erat jemarinya. Gadis yang tidak di inginkan kehadirannya. Dari sudut matanya, Aruna melihat mereka saling menatap dan melemparkan senyuman. Wajah bahagia keduanya telah menampar nampar hati Aruna.

Hujan turun semakin deras seakan, mengolok ngolok perasaan Aruna. Mendadak Aruna begitu membenci hujan.

Hujan tidak lagi berpihak kepadanya. Hujan telah mengkhianatinya. Hujan telah menghempaskannya, mendorongnya, membuangnya ke dalam lubang menganga yang dibuat hanya untuknya sendiri. Hujan pula yang telah menghancurkan kebahagiaannya.

Hati Aruna tercerabik ada rasa pedih yang sangat di sana.

Aruna kembali melirik kepada dua orang yang kini tengah tertawa bahagia itu. Goresan dalam hatinya makin dalam.
Akhirnya Aruna pun memutuskan. Inilah saatnya ia menentang hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun