Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Curhat Emak-emak: Gas 3 Kilo

26 Februari 2016   13:37 Diperbarui: 26 Februari 2016   14:10 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : tempo.co"][/caption]Hubungan saya dengan gas 3 kilo itu penuh dengan warna, bak pelangi yang muncul tiba tiba, sesaat setelah hujan dan sinar mentari bertatap muka.

Tapi warna yang di timbulkan gas bertabung hiaju ini, di dominasi dengan warna warna suram, sesuram hati saya ketika menyala kan kompor, gak ada apinya. Kemana sang api pergi ? Apakah ke kutub utara bersama om Hendra Wijaya ? Ah entahlah.

Sebagai penggiat dapur dan area sekitarnya, saya akhirnya menetapkan bahwa gas 3 kilo adalah barang yang tidak ramah untuk ibu rumah tangga (guweh aja kaleee), dan bertengger diurutan teratas, di ikuti oleh top seal nya A**a Galon.

Gas 3 kilo itu suka bikin patah hati, di samping distribusi nya yang buruk, keadaan fisiknya kadang bikin kheki, belum harganya yang kadang merangkak naik tak terkendali.

Gas 3 kilo ini kadang susah sekali membuat kompor saya menyala. Perlu 10 kali balikan untuk mengganti karet yang ada. Akhirnya dengan sukarela, saya pun menjadi kolektor karetnya, ya lebih indah sih dari pada kolektor karet kolor yang mana warna nya ijo #eh.

Ibarat setan, iblis, jin, dan segala rupa mahluk jadi jadian, gas 3 kilo ini harus di bacain ayat kursi, baru kompornya mau menyala, tidak cukup sekedar membaca basmallah saja. Tetangga saya malah lebih heboh, membaca doa berbuka puasa, dengan alasan agar kompornya cepat berbuka dan menyala dengan riang gembira.

Gas 3 kilo datang ke pelukan kadang bagai anak SMK pulang tawuran, banyak yang boncel, penyok, bopeng bahkan karatan. Karet nya kadang hilang, cuma ada karet gelang. Harganya naik turun bagai ingus yang tak terurus. Jangan jangan gas model ini telah terjangkit sindrom popularitas. Saking inginnya di liput terus oleh media, maka dibanyakin lah gara garanya.

Kini hampir setiap minggu, ada saja kasus gas langka. Udah kayak badak bercula dua. Gosip nya selalu ada permainan yang menyertainya. Inilah wajah negeri kita. Semua hal bisa di mainkan sesuka hatinya. Hati siapa ? Yang pasti bukan hati yang luka, karena itu cuma milik Betharia Sonata.

Ah ya sudahlah, bila tak tahan, segera beralih lah, karena percuma saja mempertahankan hubungan yang tidak bagus secara kasat mata. Tapi bila masih cinta, ya tetap istiqomah aja.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun