Mohon tunggu...
Ika Sandraini
Ika Sandraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya adalah seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingnya Kritis Terhadap Hoaks di Era Media Sosial

14 Januari 2025   13:32 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di era digital saat ini, informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Namun kemudahan ini juga membuat masyarakat rentan terhadap hoak, informasi yang salah atau menyesatkan yang sengaja disebarkan. Beberapa bulan terakhir, hoaks semakin meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan opini publik. Hoaks dapat merusak reputasi, menciptakan kebingungan, dan bahkan mempengaruhi keputusan politik dan kesehatan masyarakat. Hoaks adalah berita atau informasi yang tidak benar yang disebarkan dengan tujuan untuk menyesatkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks diartikan sebagai berita bohong atau tidak benar yang disebarluaskan. Hoaks sering kali dikemas dengan cara yang menarik dan provokatif untuk menarik perhatian publik. Mereka dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari artikel, gambar, hingga video.

Media massa memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, khususnya dalam ranah politik. Namun, ketika hoaks politik muncul dan menyebar luas, media massa sering kali berada di persimpangan antara menjadi alat penyebar hoaks atau benteng kebenaran. Peran media dalam menangani hoaks politik adalah hal yang sangat krusial untuk menjaga kepercayaan publik dan integritas demokrasi. Pengamat media Dr Andi Santoso mengatakan berita palsu seringkali berpusat pada kesehatan, politik, dan bencana alam. "Masyarakat perlu sangat berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya dan selalu mengecek sumber informasinya," ujarnya.

Hoaks dapat menyebar di masyarakat melalui dua pola utama yaitu Hoaks di masyarakat sering menyebar melalui Circular Reporting yang dimana pola penyebaran hoaks di mana informasi palsu berputar dari satu sumber ke sumber lainnya hingga terlihat seperti fakta. Contohnya, media A menerbitkan berita hoaks, lalu media B mengambil berita yang sama dari media A. Ketika kebenaran berita tersebut dipertanyakan, media A justru merujuk pada media B sebagai sumbernya. Pola ini juga sering terjadi di media sosial, di mana orang menyebarkan informasi dengan mencantumkan sumber, tetapi ternyata sumber tersebut berisi informasi palsu dan User-Generate hoaks tersebar melalui konten yang dibuat dan diberikan langsung oleh pengguna di platform seperti Facebook, Twitter, atau WhatsApp. Dalam pola ini, individu pengguna menjadi aktor utama dalam menyebarkan informasi palsu, baik secara sengaja maupun tidak. Penyebaran ini semakin cepat karena platform digital memungkinkan pesan disampaikan dengan mudah ke banyak orang dalam waktu singkat. Kedua pola ini memperlihatkan bagaimana hoaks bisa mendapatkan kepercayaan masyarakat, terutama jika informasi tersebut terus-menerus diberikan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Pola-pola ini menunjukkan bagaimana hoaks bisa dengan mudah dipercaya dan diterima oleh masyarakat.

Di era digital saat ini, hoax atau berita palsu dapat menyebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial, termasuk Facebook, YouTube, Instagram, Twitter, dan TikTok, serta aplikasi pesan seperti WhatsApp dan Telegram, yang semuanya menjadi sarana utama penyebaran informasi menyesatkan yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat dan menciptakan kebingungan mengenai kebenaran informasi. Beberapa media sosial yang sering digunakan untuk menyebarkan hoax meliputi ;

  • Facebook

Facebook yaitu salah satu platform utama dimana hoax sering kali ditemukan. Dengan jutaan pengguna aktif media sosial Facebook ini, informasi dapat menyebar dengan sangat cepat melalui berbagai grup maupun halaman Facebook. Facebook juga merupakan platform dengan jumlah penyebaran hoax tertinggi. Menurut data yang terbaru, yaitu sekitar 33% penyebaran hoax pada 2023 dari total temuan hoax berasal dari Facebook. Seketika menjadikannya sebagai saluran utama penyebaran informasi palsu atau hoax. Di Facebook banyak pengguna yang tidak memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Penyebaran hoax di Facebook merupakan isu serius yang mempengaruhi banyak pengguna, riset pada tahun 2022 dengan persentase mencapai 55,9% menunjukkan bahwa masih Facebook platform dengan tingkat penyebaran hoax tertinggi dan paling sering ditemukan konten hoax oleh masyarakat laporan ini menurut Kemenkominfo RI bersama Katadata Insight Center (KIC).

  • Youtube

Video di Youtube sering kali menjadi sarana untuk menyebarkan informasi yang tidak akurat atau benar. Konten video yang menarik dapat menarik perhatian dan membuat hoax lebih mudah diterima oleh penonton. Menurut data yang terbaru, yaitu sekitar 32% penyebaran hoax pada 2023 dari Youtube. Konten video sering kali lebih menarik perhatian dan dapat menyampaikan informasi dengan cara yang lebih persuasif.

  • Twitter

Twitter juga memungkinkan penyebaran informasi secara cepat melalui tweet. Pengguna dapat dengan mudah memberikan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu, sehingga hoax dapat menyebar luas dalam waktu yang singkat. Twitter salah satu platform yang banyak digunakan untuk menyebarkan hoax, meskipun dalam proporsi yang lebih kecil dibandingkan Facebook dan Youtube. Menurut data pada tahun 2022 yaitu sekitar 2% hoax yang kerap ditemukan. Adapun peningkatan di tahun 2023 ditemukan 14% Twitter sebagai kanal penyebaran berita hoax.

  • Instagram

Instagram juga berfokus pada gambar dan video ini menjadi tempat dimana hoax dapat dapat disebarkan melalui postingan dan cerita yang menarik perhatian warganet. Instagram, meskipun tidak sebesar Facebook atau Youtube dalam hal penyebaran hoax, tetapi Instagram menjadi platform yang digunakan untuk menyebarkan informasi palsu. Menurut data pada tahun 2022 juga ditemukan sarang hoax ada di Instagram dengan persentase 7,4%. Meskipun lebih visual, Instagram juga menjadi sarana penyebaran hoax.

  • Tiktok

Tiktok merupakan platform baru yang semakin populer, dimana video pendek dapat dengan cepat menjadi viral. Ini membuat menjadi saluran yang efektif untuk penyebaran hoax, terutama dikalangan generasi muda. Menurut data pada tahun 2023 ditemukan berita hoaks dengan persentase 8% dari total temuan yang ada di platform Tiktok. Dengan penyampaian informasi yang cepat dan menarik membuatnya mudah viral.

  • WhatsApp

Aplikasi pesan seperti platform seperti WhatsApp sering digunakan untuk menyebarkan hoaks dalam dalam bentuk pesan pribadi atau grup. Penyebaran di WhatsApp ini cenderung lebih pribadi, tetapi tetap berbahaya karena informasi dengan cepatnya bisa menyebar dengan cepat di antara kontak yang paling dipercaya. Aplikasi ini juga sangat berkontribusi dalam penyebaran hoaks, terutama melalui grup tertutup. Menurut data pada tahun 2022 ditemukan sekitar 13,9% juga merupakan sarang hoaks yang kerap ditemukan warg. Sedangkan pada tahun 2023 ditemukan sekitar 7% dari hoaks ditemukan di platform WhatsApp ini.

  • Telegram

Telegram ini juga digunakan untuk mendistribusikan berita hoaks, terutama dalam grup-grup tertutup, dimana informasi bisa dibagikan tanpa pengawasan dari pihak luar, jadi membuatnya sulit untuk melakukan pengecekan fakta. Hoaks terkait Pemilu 2024 di media sosial, terutama di Telegram, telah menjadi perhatian serius. Sebanyak 203 hoaks teridentifikasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hingga awal Januari 2024, dengan penyebaran yang meningkat signifikan menjelang pemilu. Salah satu hoaks mencakup klaim bahwa KPU menyusupkan 52 juta pemilih dalam daftar pemilih. Kominfo terus berupaya menindaklanjuti konten hoaks, dengan banyak yang sudah dihapus dari platform media sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun