Mohon tunggu...
Ika Prihatiningsih
Ika Prihatiningsih Mohon Tunggu... Jurnalis - I am an Author

Kelahiran 12 Juli. Menyelesaikan studi S-I di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Senang menulis sejak duduk di bangku SMA. Ibu dua orang anak dengan banyak karya antologi fiksi maupun non fiksi. Artikel dan fiturnya pun juga sering menghiasi surat kabar. Jurnalis beberapa media online lokal ini pernah kolaborasi menulis sebuku dengan para tokoh: Najeela Shihab, Aan Mansyur, dan sastrawan legendaris Sapardi Djoko Damono. Buku-buku karyanya: Pendidikan Berkemerdekaan, Kota Kata Kita, Menenun Rinai Hujan, Kisah Ramadhan, Rahasia Sekeping Hati, Melangitkan Karya, Membumikan 1000 Puisi, Cerita Sebuah Amplop, dan Wajah Ayu Kesederhanaan. Kini ia sedang giat menulis buku cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perundungan Anak dan Kualitas Sumber Daya Orangtua

23 Juni 2020   18:28 Diperbarui: 23 Juni 2020   18:36 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengaruh lingkungan dalam perkembangan psikis anak-anak sangat berpengaruh. Secara fithrahnya, anak-anak itu harus bahagia, merdeka,  bebas, tidak boleh ada ketakutan atas ambisi penguasaan dari pihak luar. Orang tuanya sekalipun.

Budaya perundungan menjadikan psikis anak-anak rusak. Membentuk mereka menjadi pribadi minder, introvert atau justru sebaliknya, menjadi pribadi pemberontak, temperamen. Apapun itu perundungan itu sangat tidak baik, dan tidak selayaknya dilakukan.

Dewasa ini, seiring lajunya budaya digitalisme, pengaruh modernisasi masuk begitu masif ke dalam dunia anak. Kebebasan beraktualisasi telah menggeser tajam nilai-nilai etika dan norma. Anak-anak tak lagi dalam dunianya lantaran filter budaya tak lagi seketat era dimana titah orang tua adalah 'racun' sehingga anak-anak tak berani melanggar titah itu. Yang terjadi adalah lahirnya generasi individual yang ingin selalu menang sendiri.

Kini tontonan sudah jadi tuntunan. Lihat saja mana tontonan televisi yang cocok buat anak-anak? Hampir zero. Orang tua dihadapkan pada kebingungan memilih antara membiarkan atau menarik mundur anak-anak mereka dari pergaulan.

Orang tua mana yang kebingungan? Tentu mereka orang tua yang tahu kebutuhan fithrah anak-anaknya. Orang tua yang resah anak-anaknya akan terpenetrasi pengaruh lingkungan yang buruk. Bukan orang tua yang hobi mengejar dunia, sementara anak-anak dititipkan pada nenek atau tetangga. Setelah pulang kerjapun ia tak mengurus anaknya, malah sibuk memoles wajah dan smoothing rambut. No, Big No!

Ada fenomena yang sebenarnya tidak ganjil karena watak pergaulan sekarang memang begitulah adanya. Sedang marak anak-anak kurang perhatian akibat ditinggal orang tua bekerja, dititipkan pada orang lain, dia menjadi pribadi perundung (pembully), cenderung suka menguasai orang lain, suka menyuruh dan mengancam. Konklusinya simpel, dia kurang perhatian dan ingin diperhatikan dengan caranya.

Media seolah memberi referensi. Dari tahayul hingga kekerasan dipertontonkan. Didukung pengawasan dan pendampingan orang dewasa  yang sangat kurang. Sifat anak-anak yang cenderung suka eksperiman terfasilitasilah sudah. Teman, adik, kakak jadi sasaran trial and error. Mirisnya, menjadi kepuasan tertentu bila ada yang kemudian terluka fisik bahkan mental. Artinya, trialnya berhasil. Lebih mirisnya lagi orang tua yangb seharusnya menjadi kontrol justru membiarkan. Menjadikan perundungan itu hal biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun