Industri rokok selalu hadir sebagai industri yang "cerdas" untuk mendapatkan tangkapan besar di indonesia.Tahun 2017, pajak yang dihasilkan industri ini berhasil  semakin "mendilemakan"pemerintah dengan jumlah pajak sekitar 149,9 triliun.Faktanya, eksistensi industri ini selalu selangkah lebih awal dari pemerintah.
Ada 7 kebijakan pemerintah untuk menanggulangi rokok, yaitu peraturan perundang-undangan, penyuluhan kesehatan, peringatan kesehatan berbentuk gambar,pengaturan iklan rokok, kawasan tanpa rokok, pelayanan kesehatan untuk perokok yang ingin berhenti, dan Jaminan Kesehatan Nasional untuk perokok yang sakit.
Akan tetapi seperti "kehabisan napas" memerangi rokok, pemerintah hanya bisa mengandalkan aturan kenaikan pajak rokok.Dalam peraturan terbaru (2018) disebutkan pajak rokok rata-ratanya mengalami kenaikan sekitar 10,04%. Ironisnya, banyak pihak menyebutkan bahwa setiap tahunnya pemerintah sudah  menargetkan penerimaan bea pajak,tetapi menginginkan penurunan jumlah perokok, sehingga peraturan ini dinilai aneh.
Ketika pemerintah lagi-lagi belum selesai memerangi permasalahan rokok, industri ini sudah terlebih dahulu bergerak cepat menjajah generasi penerus bangsa, yaitu generasi Y. Generasi yang mengandalkan penggunaan teknologi (terutama internet) ini menjadi sasaran empuk produsen rokok. Pola pikir generasi yang lahir tahun 1980-an hingga 2000-an ini, selalu penuh ide-ide visioner & inovatif. Mereka hadir sebagai generasi multitasking dengan kegemaran bersosialisasi dan mobilitas tingkat tinggi.
Generasi yang disebut juga generasi Millineal ini, mengutamakan keseimbangan gaya hidup dan pekerjaan. Mereka mengonsumsi sesuatu yang menjadi penunjang gaya hidup mereka. Hal ini mendasari industri rokok datang sebagai "sahabat" dan "atribut" gaya hidup. Alih-alih sebagai bentuk program pertanggung jawaban sosial, perusahaan rokok secara perlahan menyusup dalam banyak kegiatan generasi Millineal, seperti mensponsori kegiatan musik dan olah raga.Industri ini juga menawarkan beasiswa,lapangan kerja, dan kontribusi lainnya yang semakin mempererat korelasi rokok dan mereka.
Langkah yang dilakukan perusahaan rokok untuk merangkul generasi Millineal semakin agresif. Ketika 4 perusahaan rokok kelas kakap Indonesia, yaitu PT HM Sampoerna Tbk, PT Gudang Garam Tbk, PT Djarum Tbk dan PT Pdi Tresno sudah berhasil menjadikan rokok sebagai atribut gaya hidup mereka, inovasi Bentoel Group hadir, mencoba merebut pasar besar ini.
Bentoel Group menghadirkan Dunhill Ultra dengan fitur Reduce Smell Technology. Dengan tagline nya Smell is More menjadi bahasa pemasaran yang merangkul target pasarnya, yaitu kaum Millineal muda yang profesional dan aktif bersosialisasi. Tidak tanggung-tanggung, kebutuhan sosialiasi gen Millineal di gandeng langsung, Â bakaran rokok Bentoel group ini disebutkan dapat mereduksi bau yang akan lebih mudah diterima perokok pasif juga.
Perusahaan rokok ini "mencumbu" karakter generasi yang gila inovasi dan kreativitas ini. Â Bentoel Group menawarkan kelebihan rokok barunya sebagai bagian kemahiran multitasking mereka. Disebutkan bahwa Dunhill Ultra tidak akan menghasilkan asap menyengat sekalipun di konsumsi di dalam ruangan.Hal ini merupakan pertimbangan "cerdas" sehingga perokok tidak perlu berpindah. Belum lagi bentuknya yang kecil dan praktis. Â
Sebagai pemain tunggal yang mengadopsi teknologi ini di Indonesia akan mengguncangkan perusahaan rokok lain untuk hadir membawa inovasi mereka. Tentu, akan semakin mengikat para perokok dan semakin mendilemakan pemerintah, terutama masa depan gen Y, aset masa depan bangsa. Tahun 2013 misalnya, di kementerian keuangan terjadi peningkatan Gen Y menjadi 73%. Proyeksi ke depan, generasi ini akan menjadi penentu birokrasi pemerintahan ke depan.
Hal ini menjadi sebuah ironi ketika calon pemegang birokrasi sudah "bermesraan" terlebih dahulu dengan rokok (dengan seluruh inovasinya). Sampai kapan langkah pemerintah akan selalu didahului industri rokok? Â Hanya waktu yang bisa menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H