Sebagai orang pendatang di Lamongan, sebetulnya di keluarga saya sendiri tidak ada makanan khusus khas lebaran.Â
Sejak saya kecil, apalagi jika pas tidak mudik, seringnya ibu akan memasak opor ayam atau ayam goreng untuk keluarga
Makanan khas lebaran malah saya temukan saat menetap dan menikah dengan orang Lamongan.
Tapi, hidangan lebaran itu pun bukan disajikan pas hari lebarannya. Dalam tradisi masyarakat Lamongan, umumnya hidangan khas lebaran tersebut baru dibuat sepekan setelah lebaran.
Hidangan lebaran ini juga dibuat sebagai penanda usainya puasa sunnah bulan Syawal.Â
Kami menyebutnya sebagai lebaran kupat. Karena pada hari itulah, ketupat baru dibuat dan disajikan berikut beberapa hidangan lainnya.
Hidangan Khas Lebaran Kupat ala Lamongan
Jika biasanya lebaran identik dengan ketupat yang disantap dengan opor, berbeda dengan yang ada di Lamongan.
Di daerah yang termasuk wilayah Jawa Timur ini, ketupat disajikan dengan sayur santan yang agak mirip dengan lodeh.
Kebanyakan, sayur kupat ini dibuat dari sayur yang bisa menggunakan labu siam, labu panjang atau ada juga yang menyebutnya labu air, atau menggunakan pepaya muda.
Kalau mertua saya sendiri biasanya menggunakan pepaya muda yang dipotong kecil agak memanjang. Selain itu, sayur ini juga ditambah dengan udang dan potongan kecil tahu.
Selain sayur kupat, ada juga lepet. Jika ketupat berasal dari beras yang dimasukkan dalam anyaman daun kelapa, berbeda dengan lepet.
Ada yang menyebut lepet ini adalah buras. Namun kalau menurut saya, lepet dan buras ini agak berbeda. Lepet memiliki tekstur yang lebih padat.
Lepet terbuat dari ketan yang dicampur dengan parutan kelapa. Ada juga yang membuatnya dengan menambahkan kacang merah atau kacang hijau.
Adonan tadi lalu dibungkus dengan daun kelapa yang ditekuk, kemudian diikat dengan tali. Kebanyakan biasanya menggunakan tali rafia.
Teman untuk menyantap kupat sayur dan lepet ini adalah serundeng, parutan kelapa yang disangrai dengan bumbu.Â
Malahan kalau bulek saya, adikknya emak mertua, menggunakan genteng untuk membakar serundengnya. Walhasil, serundeng buatan bulek ini lebih sedap karena ada sensasi rasa masakan khas yang dibakar.
Sayangnya, hingga kini semua masakan tersebut belum saya minta warisannya ke ibu mertua. Selama ini modal saya ya hanya menunggu dapat kiriman dari ibu mertua, bulek, atau adik ipar.
Beberapa kali saya mencoba membuat terutama kupat sayur, yang meski tanpa kupat, hasil mencari resep di internet. Tapi entah kenapa, kok rasanya beda ya, tidak sesedap buatan ibu mertua saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H