David mengaku, hambatan yang ia alami adalah rendahnya SDM di desanya. Misalnya pada gerakan batik dan kopi mangrove sebetulnya hingga kini masih jalan. Namun karena banyak ibu-ibu yang mereka bina kebanyakan tidak tamat SD, makan mereka pun menghadapi kendala dalam pembuatan motif batik.Â
Hambatan lain yang dialami David dan ANDESPIN Deep West Sumatra adalah pada budidaya rumput laut yang kini tidak berjalan lagi. David mengaku prosesnya sering gagal karena dimakan penyu.Â
Jadi, rumput laut adalah makanan yang disuka oleh para penyu. Karena itulah, David pun bingung karena ia juga harus merawat penyu yang ada. Akhirnya, budidaya rumput laut pun hingga kini tidak berjalan lagi.Â
David dan Penghargaan SATU Indonesia AwardÂ
Menjaga kemungkinan yang bisa kita jaga, sesimpel itu jika ditanya apa cita-cita David dan ANDESPIN Deep West Sumatra. "Agar kerusakaannya tidak masif," imbuh David.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan melestarikan yang dulunya lahan kritis lalu mereka reboisasi kembali. Kalau kegiatannya membutuhkan tenaga lebih dari anggota kelompok biasanya David dan para pemuda lainnya melibatkan masyarakat. Bahkan hingga kaum ibu-ibu pun turut membantu.
Sebetulnya sejak tahun 2009, David sudah melakukan usaha konservasi dengan mengajak teman-temanya mahasiswa ke Sungai Pinang. Kemudian dengan ANDESPIN Deep West Sumatra di Desa Sungai Pinang sudah berjalan sejak 2014.Â
"Tapi lebih fokus di 2014 sampai 2018 masih acak-acakna. Dimana kita suka, di situ kita tanam," ujar David.Â
Barulah pada tahun 2019, mereka mendapat ketetapan lokasi melalui BPSPL atau Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dijadikan kawasan konservasi.