Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Melihat Film Religi Nussa dari Sudut Pandang Ibu yang Merasa Tidak Sempurna

5 April 2023   19:03 Diperbarui: 5 April 2023   19:07 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Wikipedia

Pertama kali tahu film Nussa adalah saat beberapa tahun lalu film religi berbentuk animasi ini diputar dalam bentuk serial di sebuah stasiun televisi. Film ini menceritakan seorang anak laki-laki bernama Nussa yang memiliki kaki bionik.

Film ini disebut film religi karena sarat akan muatan ajaran Islam yang diselipkan dalam cerita Nussa saat ia beraktivitas dengan keluarga atau teman-temannya. Sehingga menurut saya, film ini jadi tayangan yang pas untuk disaksikan anak-anak.

Nah dalam tulisan saya kali ini, ada beberapa hal yang saya lihat tentang film Nussa dari sudut pandang saya sebagai seorang ibu yang merasa tidak sempurna.

- Tak ada ibu yang benar-benar sempurna

Sejujurnya, satu tokoh yang paling saya suka dari film Nussa adalah tokoh Umma. Umma ini adalah panggilan ibu bagi Nussa untuk ibunya.

Umma ini digambarkan sebagai seorang ibu yang lemah lembut, sayang pada anak-anaknya. Tidak pernah berkata-kata dengan nada tinggi. Intinya, sosok ibu yang terllihat sangat ideal!

Sewaktu melihat tokoh Umma dalam film Nussa, saya pikir, ya ampun, andai saya bisa seperti Umma. Karena kondisi yang saya rasakan sungguh berkebalikan 180 derajat antara saya dengan Umma.

Namun ternyata ada satu episode di mana tokoh Umma digambarkan sebagai sosok ibu yang punya sisi manusia biasa. Suatu ketika, ada sebuah cerita di mana Umma pernah merasa sedih dan menyesal dengan hadirnya Nussa yang difabel sejak lahir.

Di titik cerita ini barulah saya sadar, walau bagaimanapun terlihat sempurnanya seorang ibu, ia tetaplah manusia biasa. Akan ada satu sisi di mana seorang ibu pun punya sisi kelemahannya. Namun tugas ibu adalah terus berusaha untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anaknya.

- Belajar ikhlas dari anak-anak

Tak selamanya kita bisa mampu menghadapi takdir yang diberikan oleh Allah. Bagaimana jika suatu ketika kita ditakdirkan Allah punya anak yang difabel?

Itulah yang sempat digambarkan tokoh Umma saat ia tahu anaknya terlahir difabel. Hari demi hari, Umma kerap khawatir bahkan memiliki pikiran yang complicated tentang keberadaan Nussa.

Namun ternyata Nussa bisa membuktikan bahwa semuanya tetap baik-baik saja meski ia memiliki kaki yang sempurna tak seperti orang kebanyakan. Sehingga di kemudian hari pun Umma sadar bahwa tak ada yang perlu dirisaukan dari kondisi anaknya. 

Kalau Nussa saja bisa menerima kondisi dirinya sendiri, mengapa orang lain atau bahkan Umma-nya tidak bisa?

Jadi selain film ini bagus untuk anak-anak, nyatanya film Nussa ini juga cukup bagus sebagai bahan renungan untuk orang dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun