Anak yang suka menyontek memang kerap begitu mengganggu bagi anak lain yang jadi sasarannya. Entah karena anaknya malas berpikir, atau karena aslinya memang tidak mampu, seorang anak bisa memilih untuk menyontek sebagai jalan pintas menyelesaikan masalahnya.
Untuk tataran anak kecil, Rini ini termasuk yang tidak suka jika ada anak yang seenaknya menyontek hasil pekerjaannya. Dan ia nampaknya sudah paham, kalau yang namanya hasil pikiran itu bisa punya harga atau nilai uang.Â
Jadi dari pada kesal karena kerjaanya dicontek, lebih baik diberi harga saja. Kondisinya kemudian sama-sama untung. Yang nggak bisa mengerjakan jadi dapat nilai bagus, yang disontek jadi dapat uang.
Namun siapapun tentu paham, bahwa sikap ini tidak bisa dikatakan benar. Meski sama-sama untung dan tidak ada yang dirugikan, nyatanya, ini adalah bentuk kecurangan yang sebetulnya tidak bisa dbiarkan terus menerus.
Perlunya Orang Tua Memberi Pemahaman Berikut Penjelasan Konsekuensi
Jika mencoba berpikir dari sudut pandang orang tua, rasanya bisa jadi saya mungkin akan mengatakan hal tersebut pada anak saya. Namun konteksnya sebagai guyonan atau bahan bercanda.
"Apa, temanmu nyontek? Enak saja. Suruh bayar. Kok enak gratisan!" Mungkin seperti itu model guyonan saya.
Tapi faktanya, anak seumuran kelas 2 SD yang usianya sekitar 8 tahun, bisa jadi tidak paham mana itu bentuk guyonan atau serius.Â
Dan akan lebih parah lagi jika nyatanya itu bukanlah bentuk bercandaan dari orang tuanya, atau orang tuanya membolehkan itu dilakukan oleh anaknya.Â
Sebagai orang yang pernah mengajar di jenjang pendidikan SD hingga kuliah, saya amati, memang ada tipe anak yang belum bisa memahami mana benar dan mana salah saat ia belum melihat seperti apa konsekuensi panjang ke depannya.