Tapi nyatanya saat waktunya tiba, saya terjebak di Pelabuhan Sekupang. Hujan cukup deras. Jika kondisinya demikian, kapal feri manapun tak akan ada yang mau berangkat.
Saat saya menelepon teman yang ada di Karimun, mereka bilang, cuaca di sana malah cerah terang benderang.Â
Saya cuma bisa pasrah. Karena memang demikian kondisi di daerah kepulauan. Ada kalanya, cuaca bisa tidak sama antara beberapa pulau besar seperti Pulau Batam, Bintan, Karimun, atau Lingga. Apalagi jika urusannya dengan Natuna.
Cukup lama saya tertahan di Pelabuhan Sekupang tanpa bisa apa-apa sambil menunggu hujan reda. Dan saat akhirnya tinggal gerimis yang tersisa, kapal feri pertama menuju Karimun akhirnya memberanikan untuk berangkat.Â
Itu pun saya rasakan ombak yang begitu kencang selama perjalanan. Meski saya sudah naik feri tidak di lantai paling bawah, tapi goncangannya sangat terasa.
Benar seperti yang teman saya bilang. Sampai di Karimun, cuacanya memang sangat cerah dan terang benderang. Sungguh jauh berbeda dengan yang saya alami saat satu jam sebelumnya ketika berada di Batam.
Dan memang seperti itulah jika naik kendaraan umum seperti kapal atau pesawat. Kita tidak bisa mengestimasi waktu atau momen perjalanan. Karena semuanya tergantung dengan kondisi cuaca atau alam.
3. Saat harus naik feri di waktu ombak besar
Tahun 2009, pernah terjadi tragedi tenggelamnya Kapal Dumai Express 10 akibat dihantam gelombang tinggi. Saya yang waktu itu sudah kembali ke Lamongan, cukup terkejut dengan kejadian tersebut. Pasalnya, masalah ombak tinggi memang terkadang terjadi.
Jika kebetulan ombak sedang kencang, dari pengalaman saya, lebih baik jangan pernah memilih naik feri di bagian bawah. Karena hantaman ombaknya sangat kencang.Â
Kalau mau tahu rasanya, persis kayak naik motor trail di jalan yang hancur parah dengan kecepatan tinggi! Tubuh kita bisa duduk tapi terbanting atau lompat berkali-kali. Bagi yang suka mabuk perjalanan, sangat tidak disarankan untuk ambil posisi naik feri di bawah saat cuaca buruk.Â