Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Alam dan Budaya di Desa Wisata Loksado

12 November 2022   06:59 Diperbarui: 12 November 2022   07:22 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tak menyangka jika perjalanan ke Loksado di tahun 2013 waktu itu berjalan cukup lancar. Menjelang petang, saya dan Luluk, teman saya, bahkan sudah bisa sampai di penginapan yang ada tepat di tepi Sungai Amandit.

Proses perjalanan yang di luar dugaan. Karena jika melihat bagaimana saya dan Luluk berangkat dari Banjamasin pagi harinya, rasanya seperti bakal sampai Loksado di malam hari!

Bagaimana tidak, pagi itu kami mengendarai kendaraan umum dari Banjarmasin hingga Kandangan selama lebih dari lima jam. Di perjalanan, mobil sempat berhenti di warung untuk beristirahat. Semua penumpang turun untuk ngopi dan makan aneka wadai, istilah untuk aneka gorengan di Kalimantan Selatan. Ini mengingatkan saya dengan perjalanan menggunakan bus antarprovinsi di Jawa, yang di tengah perjalanan beristirahat sejenak di rumah makan.

Usai istirahat, perjalanan dilanjutkan. Saya dan Luluk yang menarget bisa sampai di Kandangan lalu lanjut ke Loksado dengan angkutan umum lain pun hanya bisa pasrah. Sirna sudah harapan bisa memangkas uang transportasi!

Jika melihat dari petunjuk di internet, angkutan umum dari Kandangan langsung ke Loksado hanya ada pukul satu siang. Dan benar saja, kami sampai di Kandangan saat waktu sudah hampir jam dua siang.

Singkat cerita, kami akhirnya naik ojek dari Kandangan sampai di Loksado. Dengan bantuan teman yang tinggal di Kandangan, kami bisa mendapatkan ojek dengan harga yang ramah di kantong.

Ternyata takdir naik ojek menuju Loksado itu ada hikmahnya. Saya sendiri merasa senang bisa menikmati perjalanan karena bisa melihat jalan secara leluasa.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi

Kondisi jalan dari Kandangan menuju Loksado cukup bagus. Secara bergantian, kami melewati rumah-rumah warga dan juga rimbunan pepohonan. Beberapa kali kami menjumpai kelokan tajam dan tanjakan karena Loksado berada di Pegunungan Meratus. Untungnya hampir di setiap kelokan, ada cermin untuk menunjukkan kondisi arah berseberangan yang tak bisa kita lihat.

Kalau menurut Google Map, seharusnya perjalanan dari Kota Kandangan menuju Loksado dengan sepeda motor bisa memakan waktu sekitar satu jam. Namun saat itu rasanya begitu singkat karena saya benar-benar menikmati perjalanan dengan ojek motor ke Loksado. Bisa dibilang, Loksado cukup menjanjikan untuk menjadi destinasi desa wisata ramah berkendara.

Beruntungnya, saat ini perjalanan dari Banjarmasin menuju Loksado tak perlu berpayah-payah seperti cerita yang saya alami di tahun 2013 ini. Karena, kini sudah ada bus dari Kilometer 17 Marabahan menuju Loksado dengan biaya jauh lebih murah dan waktu yang lebih cepat.

Tapi jika Anda termasuk orang yang menikmati proses perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, mungkin cara saya tadi bisa dipilih.

Banyaknya Penginapan di Loksado

Tak sulit mencari tempat penginapan di Loksado. Setelah melewati gapura besar bertuliskan ‘Kawasan Wisata Alam Loksado’, saya langsung menjumpai deretan rumah singgah atau homestay yang berdiri pas di sepanjang sungai.

Jadi jika ke Loksado, jangan khawatir kehabisan tempat menginap. Karena ada banyak sekali aneka tempat menginap, mulai dari yang sederhana, agak mewah, atau yang berada di tengah perkampungan masyarakat Dayak Meratus.

Foto: dokumen pribadi dan olah Canva
Foto: dokumen pribadi dan olah Canva

Kalau yang saya tempati waktu itu, bentuknya berupa rumah kayu dua lantai yang dibangun tepat di pinggir sungai. Saya dan Luluk bahkan bisa berfoto-foto di balkon yang letaknya ada di atas tepi sungai.

Dalam satu rumah singgah berlantai dua yang kami tempati, ada beberapa kamar dengan satu kamar mandi di lantai bawah. Tempat tidurnya hanyalah satu kasur busa dan bantal yang diletakkan di atas lantai kayu.

Memang tidak mewah. Tapi bisa tidur dengan ditemani gemericik aliran air Sungai Amandit, rasanya menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan!

Desa Loklahung yang Kaya Komoditas Alam

Sebetulnya Loksado yang sering disebut-sebut sebagai desa wisata dengan andalan bamboo rafting-nya itu berada di Desa Loklahung. Sepanjang menyempatkan jalan-jalan saat itu, kesan saya, desa ini kaya sekali potensi alamnya.

Saat sore hari berjalan-jalan di rumah warga dekat rumah singgah, saya menjumpai beberapa warga yang sedang menjemur buah kemiri atau jamur di depan rumahnya.

Foto: dokumen pribadi dan olah Canva
Foto: dokumen pribadi dan olah Canva

Lalu saat keesokan harinya mencoba berjalan lebih jauh ke desa, saya menjumpai ibu-ibu yang sedang menjemur kayu manis. Sempat saya menanyakan harganya dan cukup terkejut saat tahu betapa murahnya jika dibandingkan seikat kayu manis yang saya beli di pasar moderen.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi

Saat ditawari untuk mengambil, saya pun menggelengkan kepala kuat-kuat. Alasannya, ya karena ingat harganya yang cukup tinggi jika dibandingkan apa yang dikatakan ibu desa tersebut. Saya tidak tega untuk mengambilnya percuma!

Sedangkan saat akan sampai di air terjun, saya sempat menjumpai beberapa pohon kopi yang baru kali itu saya tahu wujudnya pohonnya.

Mencoba Balanting Paring di Sungai Amandit

Bicara tentang Loksado, tentunya orang yang pernah ke sana langsung akan mengatakan bamboo rafting sebagai andalannya. Orang Banjar menyebutnya Balanting Paring.

Waktu itu semalam sebelum perjalanan ke Loksado, dari hasil membaca pengalaman bloger yang pernah ke sana, kalau bisa kami harus memesan dulu satu hari sebelumnya.

Dan itu juga yang saya lakukan. Awalnya saya kira lanting atau rakit yang akan kami pakai keesokan harinya sudah dirakit. Tapi ternyata, bapaknya baru merakit sore itu juga saat kami sudah tiba di sana! Mungkin bapak operatornya ingin memastikan jika kami memang akan menggunakan jasa mereka.

foto: dokumen pribadi
foto: dokumen pribadi

Yang mengasyikkan dari Balanting Paring adalah sensasi selama kita naik sambil menyusuri sungai serta pemandangan yang ada di sepanjang perjalanan. Karena waktu itu air sungai sedang tidak tinggi, sensasi menaiki Balanting Paring kata bapaknya sih kurang seru. Padahal saat itu, saya dan Luluk tidak benar-benar bisa duduk dengan tenang karena lanting beberapa kali terguncang akibat melewati bebatuan.

Ya, karena sungai berbatu khas kaki gunung, beberapa kali bapak operator lanting sampai harus meloncat menghindari lanting karam terkena bebatuan sungai. Dan kemampuan bapak operatornya ini buat saya menjadi atraksi tersendiri yang cukup menarik!

foto: dokumen pribadi
foto: dokumen pribadi

Di sepanjang sungai saat Balanting Paring, sesekali saya bisa melihat berbagai kehidupan masyarakat Dayak Meratus, beberapa jembatan tradisional, juga berbagai aneka kekayaan alamnya.

Loksado yang Kaya dengan Wisata Air

Bisa dibilang, Kecamatan Loksado yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan ini sangat kaya dengan wisata airnya.

Selama di Loksado saja, saya dan Luluk teman saya bisa merasakan keseruan naik Balanting Paring serta ban di aliran Sungai Amandit.

Masih di Desa Loklahung, ada juga beberapa air terjun. Sayangnya karena keterbatasan waktu kami sudah berjanji naik Balanting Paring, saat itu kami hanya menjumpai Air Terjun Riam Barajang. Sedangkan Air Terjun Riam Hanai tidak sempat kami jumpai.

Foto: dokumen pribadi dan olah Canva
Foto: dokumen pribadi dan olah Canva

Teman yang asli Kandangan juga berujar, seharusnya kami berada di sana tak hanya sehari semalam. Karena masih ada banyak tempat lain lagi yang mengasyikkan di Loksado. Salah satunya adalah Tanuhi yang terkenal sebagai tempat wisata air panas.

Menyaksikan Adat dan Budaya Dayak Meratus

Selama di Loksado, sempat saya menjumpai beberapa budaya dan adat khas Dayak Meratus. Misalnya saat berjalan-jalan di desa Loklahung, kami sempat menjumpai Rumah Adat Malaris, yang saat ini bernama Balai Adat Agama Kaharingan. Bangunan ini merupakan tempat diselenggarakannya upacara ritual adat masyarakat adat Dayak Gunung dan Dayak Maratus.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi

Sedangkan saat pulang dari Desa Loklahung, bapak ojeknya berinisiatif mengajak kami mampir ke Balai Bayumbung di Desa Halunuk yang juga masih berada di Kecamatan Loksado. Kebetulan memang tempat ini satu arah dengan jalan kami pulang. Kata bapak ojeknya, biar kami sekalian tahu kalau ada balai adat tersebut.

Di Balai Bayumbung yang sudah berusia ratusan tahun itu saya menjumpai berbagai benda adat yang biasanya digunakan untuk upacara adat Aruh Ganal. Sayangnya karena cukup gelap, mata kami tidak seberapa bisa melihat benda-benda yang ada dengan jelas.

Foto: dokumen pribadi dan olah Canva
Foto: dokumen pribadi dan olah Canva

Jika beruntung, wisawatan yang datang ke Loksado memang bisa melihat berbagai upacara adat. Ada Aruh Bawanang atau Panen Perdana yang tahun 2022 ini diadakan bulan Juni, dan Aruh Ganal atau panen raya pada bulan September. Ada juga Mahumbal atau tehnik memasak di alam terbuka khas suku Dayak Meratus. Kesemua upacara budaya tersebut menjadi bagian dari festival kreatif lokal adat Dayak di Loksado.

Desa Wisata Loksado dan Bukti Nyalanya Gen Kreatif Masyarakat Kalimantan Selatan

Jika saya mengingat pengalaman saya yang pernah ke Loksado di tahun 2013 serta perkembangan desa wisata di sana sekarang ini, menurut saya peran gen kreatif dari masyarakat Kalimantan Selatan cukup berperan dalam perkembangan desa wisata di Loksado.

Ini terbukti dari kesiapan masyarakatnya dalam menyambut wisatawan mulai dari transportasi menuju ke sana yang kini sudah tersedia bus DAMRI, akses jalan penunjang atau kelengkapan infrastruktur yang membuat Loksado menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara, sampai penginapan yang meski sederhana sekalipun nyatanya cukup memuaskan fasilitasnya.

Penulis dan anak-anak Dayak Meratus Loklahung. Foto: dokumen pribadi
Penulis dan anak-anak Dayak Meratus Loklahung. Foto: dokumen pribadi

Besar harapan saya, jika Adira Finance melirik daerah di luar Jawa dan Bali untuk Program Sahabat Lokal seperti yang ada di adira.id/e/fkl2022-blogger, Desa Wisata Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan ini bisa muncul menjadi destinasi untuk Festival Kreatif Lokal. Perekonomian masyarakat di sana pun jadi lebih bisa terangkat dengan lebih dimaksimalkannya lagi berbagai potensi wisata yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun