Beruntungnya, saat ini perjalanan dari Banjarmasin menuju Loksado tak perlu berpayah-payah seperti cerita yang saya alami di tahun 2013 ini. Karena, kini sudah ada bus dari Kilometer 17 Marabahan menuju Loksado dengan biaya jauh lebih murah dan waktu yang lebih cepat.
Tapi jika Anda termasuk orang yang menikmati proses perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, mungkin cara saya tadi bisa dipilih.
Banyaknya Penginapan di Loksado
Tak sulit mencari tempat penginapan di Loksado. Setelah melewati gapura besar bertuliskan ‘Kawasan Wisata Alam Loksado’, saya langsung menjumpai deretan rumah singgah atau homestay yang berdiri pas di sepanjang sungai.
Jadi jika ke Loksado, jangan khawatir kehabisan tempat menginap. Karena ada banyak sekali aneka tempat menginap, mulai dari yang sederhana, agak mewah, atau yang berada di tengah perkampungan masyarakat Dayak Meratus.
Kalau yang saya tempati waktu itu, bentuknya berupa rumah kayu dua lantai yang dibangun tepat di pinggir sungai. Saya dan Luluk bahkan bisa berfoto-foto di balkon yang letaknya ada di atas tepi sungai.
Dalam satu rumah singgah berlantai dua yang kami tempati, ada beberapa kamar dengan satu kamar mandi di lantai bawah. Tempat tidurnya hanyalah satu kasur busa dan bantal yang diletakkan di atas lantai kayu.
Memang tidak mewah. Tapi bisa tidur dengan ditemani gemericik aliran air Sungai Amandit, rasanya menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan!
Desa Loklahung yang Kaya Komoditas Alam
Sebetulnya Loksado yang sering disebut-sebut sebagai desa wisata dengan andalan bamboo rafting-nya itu berada di Desa Loklahung. Sepanjang menyempatkan jalan-jalan saat itu, kesan saya, desa ini kaya sekali potensi alamnya.