Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mendapat Kritik dalam Kerja, Bagaimana Menyikapinya?

31 Mei 2022   15:00 Diperbarui: 1 Juni 2022   14:25 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendapat kritik di kantor. Sumber: Freepik.com/wirestock

Kritik, siapa pun yang mendengarnya baik suka atau tidak, mungkin akan merasakan telinga menjadi merah kala mendengarnya. Lantas apa bedanya kritik dengan feed back atau masukan, sebetulnya kedua hal tersebut adalah sama.

Sebetulnya kalau netral, kritik itu sama dengan feedback. Tapi kemudian arti kritik itu menyempit menjadi negatif, terlihat mencela, dan memperlihatkan kalau kita tidak mampu. Maka itu diperlukan pijakan yang benar untuk menerima kritik.

Kritik sendiri memang terbagi menjadi dua macam, kritik yang beralasan dan tidak jelas. Namun seperti apapun adanya kritik, menurut Susi, sebetulnya bisa menjadi bahan baku untuk mengembangkan diri. Tapi menjadi terlihat beralasan atau tidak, bisa tergantung juga dari yang menerimanya.

Untuk itu yang harus dibangun dari kritik adalah hal yang positif. Kritik sendiri biasanya memang bersifat menilai. Namun harapannya dari adanya kritik ini, orang yang menerimanya bisa berubah.

Ada tiga tahapan seseorang ketika menerima kritik. Pertama dia menyadari dengan tahu tujuan dari kritik yang diterimanya. Tempatkan mindset kalau kritik itu hal yang positif. Kalau kita menilainya secara negatif tentunya akan menolak.

Tahapan kedua adalah menilai kebenaran dari kritik tersebut dan mengevaluasi apa yang ada dalam diri kita terkait dengan kritik tersebut. Tentunya dalam proses menilai ini ada standar dan alasan yang masuk akal. Kalau ada orang yang tidak kenal dan tahu-tahu menilai kita, tentunya kritik itu perlu dipertanyakan.

Sedangkan tahap yang ke tiga adalah bertindak. Dalam tahapan ini, seseorang yang menerima kritik bisa berubah setelah sadar dan menilai kritik yang diterimanya.

Bangun Sistem Kebaikan Bersama

Siapa yang tak kenal kejayaan perusahaan Matshusita. Pemilik dari perusahaan asal Jepang ini ternyata membudayakan kritik dalam perusahaannya sebagai bagian dari budaya kerja. Kritik ini pula yang menjadi penentu dari keberhasilan perusahaan tersebut.

Kritik di lingkungan kerja ini sebetulnya untuk membangun sistem bagi kebaikan bersama. Kritik ini perannya sebagai feedback. Namun tentunya kritik yang diberikan dalam lingkungan kerja harus beralasan dan ada data-data yang mendukung.

Bentuk kritik sebetulnya netral baik itu atasan ke bawahan atau sebaliknya. Namun diakuinya, bisa ada kemungkinan beberapa posisi perusahaan yang riskan bersentuhan dengan kritik.

Biasanya posisi supervisi lebih susah menerima kritik karena ia bertugas mengawasi, kemudian atasan yang menerima kritik dari bawahan, dan orang yang lebih tua mendapat kritik dari bawahannya.

Ditambahkannya, kebanyakan perempuan biasanya sulit memberikan kritik kepada orang lain. Hal ini bisa jadi dikarenakan sifat perempuan yang kebanyakan takut tidak diterima atau dimusuhi setelah memberikan kritik.

Namun dalam lingkungan kerja, atasan tentunya harus siap menerima kritik. Caranya bagi bawahan adalah harus menyampaikannya dengan benar.

Demikian pula kritik yang diberikan oleh atasan kepada bawahan. Kalau kurang tepat, bawahan bisa ngambek setelah menerima kritik dari atasan.

Ini bisa berefek pada unit kerja, ketidakpuasan, dan memicu hubungan industrial. Selain itu karyawan yang menerima kritik pun bisa stres kalau kritik yang diterimanya disampaikan kurang tepat caranya.

Meniru Mpok Minah Bajai Bajuri Saat Memberi Kritik

Tahu tokoh Mpok Minah yang ada dalam film Bajaj Bajuri, sebuah serial komedi yang dulu tayang di televisi? Tokoh yang kerap mengucapkan kata maaf di awal ucapannya itu sebetulnya bisa ditiru gayanya untuk kita yang ingin menyampaikan kritik.

Saat menyampaikan kritik, kita bisa mengangkat dulu posisi orang yang akan dikritik, seperti menyampaikan sisi positif yang dimiliki dahulu atau memujinya. Mengucapkan kata maaf terlebih dahulu ada baiknya sebelum kita memberikan kritik.

Tapi tentunya bukan seperti Mpok Minah yang terlalu kebanyakan kata maaf, yang akhirya malah seperti orang yang kalah dan mengalah.

Pemberi kritik juga harus tahu dahulu tipe penerima kritik seperti apa. Kalau ia bertipe sensitif, berikan kritik dengan cara yang halus atau dalam kondisi santai. Susun juga kalimat yang bijak dalam memberikan kritik dan jangan sampaikan dengan cara yang kasar atau emosional. Hindari mengkritik dalam kondisi emosional.

Dan yang terakhir, jangan sampaikan kritik di tempat umum. Biasanya, orang merasa terancam harga dirinya sehingga menjadi reaktif ketika menerima kritik.

Menikmati Kritik

Lantas bagaimana sikap yang perlu dibangun oleh mereka yang menerima kritik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi mereka yang menerima kritik. Salah satunya adalah dengan membangun kerangka berpikir positif terlebih dahulu tentang apa itu kritik.

Biasakan juga bertanya kepada orang tentang apa yang memang menjadi kekurangan kita. Selanjutnya, nikmatilah dan syukurilah kritik itu sebagai pengembangan diri.

Setelah kita menerima kritik, evaluasi apa yang telah diucapkan orang lain tentang diri kita terutama tentang kebenarannya. Jika benar, perbaiki diri kita.

Satu lagi yang bisa dibiasakan pada diri kita adalah bergaul dengan orang-orang yang suka memberikan kritik. Karena kritik itu adalah cermin. Kita tidak akan tahu seperti apa diri kita kalau tidak menerima kritik dari orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun