Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Agar Sukses Berkarir di Luar Negeri

26 Mei 2022   11:30 Diperbarui: 26 Mei 2022   11:32 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay

Dapat tantangan berkarir di luar negeri? Hm, pasti kita langsung terbersit dengan besarnya penghasilan yang nanti bisa kita dapatkan. 

Buat mereka yang optimis, tentunya hal ini terasa menyenangkan. Seperti kejatuhan duria runtuh! 

Tapi bagi mereka yang ragu atau merasa cukup puas dengan kondisi yang sudah ada saat ini, beda lagi ceritanya. Tak akan ada bayangan menyenangkan yang terbersit di benaknya. Yang ada, justru setumpuk kekhawatiran.

Padahal aslinya, banyak keuntungan yang bisa didapatkan saat seseorang memutuskan berkarir di luar negeri. Kita bisa mendapatkan pengalaman serta lingkungan baru, gaji yang didapat lebih menggiurkan dari pada di dalam negeri, serta peluang mendapatkan referensi karir yang lebih baik.

Biasanya mereka yang memiliki referensi bekerja di luar negeri kemudian kembali ke Indonesia, bisa mendapatkan kedudukan yang lebih mapan dan karir yang lebih melejit.

Hal ini dikarenakan pengalaman serta keahlian yang dikembangkan di negara lain tempat kita berkarir sebelumnya, diharapkan nantinya dapat ditularkan kepada SDM yang ada di tanah air. 

Yuk Ketahui Juga Tentang Berkarir dengan Third Country Nationalist

Ada beberapa model kebijakan sebuah perusahaan yang memungkinkan seseorang bekerja tidak di negeri asalnya. Umumnya, staffing decision yang berkaitan dengan kebangsaan terbagi menjadi tiga, parent country nationalist, host country, dan third country nationalist.

Misalnya, jika perusahaan Jepang yang ada di Indonesia mempekerjakan orang Jepang juga di perusahaan mereka yang ada di Indonesia, berarti kebijakan yang diambil adalah memperkerjakan parent country nationals. 

Lalu jika perusahaan itu merekrut pekerja Indonesia untuk diperkerjakan di perusahaan mereka di Indonesia, maka keputusan tersebut adalah mempekerjakan host country nationals. 

Jika perusahaan tersebut mempekerjakan karyawan dari China untuk bekerja di perusahaan mereka di Indonesia, maka keputusan ini merupakan third country nationals.

Beberapa warga negara Indonesia yang mencicipi karir di luar negeri banyak yang menempuh jalur third country nationals ini. Alasannya, sangat kecil kemungkinan untuk bekerja di perusahaan Indonesia yang beroperasi di negeri orang.

Jika orang Indonesia bekerja di perusahaan global yang beroperasi di Indonesia, dan kemudian ditugaskan di luar negeri, hal ini nantinya akan tampak terasa mudah daripada memiliki inisiatif sendiri mencari pekerjaan di luar negeri. Karena, mereka yang dikirim ke luar negeri ini sudah mengenal budaya perusahaan dengan baik dan memudahkan untuk beradaptasi nantinya.

Namun jika termasuk dalam kelompok berburu karir di luar negeri, tentunya persaingan dengan mereka yang berasal dari negara itu sendiri menjadi lebih berat. Namun jangan khawatir, ada beberapa hal yang bisa Anda pegang jika ingin berkarir di luar negeri.

Yang pertama perlu dipegang dan diperhatikan adalah aspek inti dari kompetensi yang menjadi nilai jual dari para pihak rekuritmen. Dan yang ke dua adalah faktor personal diri kita sendiri yang dapat menunjang karir. Misalnya dukungan dari pihak keluarga Anda sendiri. 

 

Kuasai Budaya dan Bahasa

Adaptasi akan terasa lebih mudah jika kita mampu menguasai komunikasi antarlintas budaya. Terutama masalah bahasa. Memang, kadang ada perusahaan yang memberikan cross cultural training. Namun jika tidak ada, Anda harus belajar sendiri untuk menguasainya.

Komunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi verbal akan tetapi juga non verbal. Karena adaptasi ini membutuhkan waktu, maka perlu adanya pemahaman yang mencukupi untuk menguasai etiket internasional.

Sedangkan untuk budaya komunikasi yang biasanya diterapkan di luar negeri terkadang bisa berupa hal-hal kecil namun berarti penting. Misalnya, jangan terlalu banyak memuji, jangan mengatakan 'ya' jika ingin mengatakan 'tidak', serta jangan terlalu banyak tersenyum jika merasa tidak perlu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun