Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Saat Reporter Belajar Naik Motor

11 Februari 2022   17:59 Diperbarui: 14 Februari 2022   16:15 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendaraan seperti motor kerap menjadi andalan bagi para reporter untuk bisa lincah meliput ke mana-mana.

Namun, apa jadinya jika kemudian reporternya tidak bisa naik motor? Tentu saja ada dua pilihan, terus bertahan untuk boros uang dan waktu karena memilih menaiki kendaraan umum, atau mau tidak mau belajar naik motor dan memutuskan memilikinya!

Jujur, saya termasuk yang mengalami dua pilihan tersebut. Saya akui, hingga di awal-awal saya menjadi reporter, saya tidak bisa sama sekali mengendarai motor.

Akhirnya, saya pun kerap harus menerima kondisi tidak mengenakkan karena memilih menaiki kendaraan umum seperti angkutan umum, ojek, atau taksi.

Belum lagi urusan borosnya uang. Jadilah di kemudian hari, saya memutuskan untuk mengambil kredit motor seperti teman-teman saya. Meskipun kondisinya saat itu, saya tidak bisa sama sekali mengendarai motor.

Sebetulnya pernah sih sebelumnya dua kali belajar mengendarai motor dengan diajari oleh adik saya. Namun kesemuanya itu selalu tidak pernah sukses!

Ketika motor yang saya kredit itu datang dan diantar ke kantor, sungguh, selama seharian itu juga saya kebingungan karena berpikir, bagaimana ya caranya membawa motor itu pulang?

Meminta tolong teman satu kamar untuk membawa pun tidak mungkin saya lakukan karena kedua teman saya satu kamar sama-sama telah memiliki motor terlebih dahulu.

Tapi kemudian, saya jadi ingat pesan adik saya seperti ini, "Pokoknya kalau Mbak bisa naik sepeda, berarti ya bisa naik motor. Anggap saja naik motor itu menjaga keseimbangannya seperti naik sepeda biasa," ujar adik saya.

Akhirnya saya putuskan, malam itu saya harus bisa membawa motor itu sendiri pulang ke rusun tempat saya tinggal yang jaraknya tak sampai satu kilometer dari kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun