Di Surabaya Post sendiri, Sapto sudah bisa mengedit setelah satu setengah tahun bekerja di media tersebut.
Lepas dari sana, di tahun 1990 Sapto juga sempat berkiprah di surat kabar Berita Buana Jakarta selama setahun.
Di tahun 1993, Sapto pindah ke Republika. Di media ini, posisi Sapto sampai di tingkat koordinator liputan.
Setelah itu ia pun ikut membidani detik.com pada tahun 1998. Pertimbangannya adalah karena masa depan media ada dalam internet. Di sana, posisi karir Sapto diawali sebagai penulis yang terus merangkak ke jenjang koordinator liputan, sampai wakil pimpinan redaksi.
Saat detik.com mendapat invesatasi dari Hongkong di tahun 1999 senilai 24 milyar, karir Sapto makin melesat. Ia mendapat tugas mencari banyak wartawan untuk detik.com.
5. Berani keluar dari zona nyaman dan berani belajar hal baru
Saat meloncat di setiap batu karirnya, bisa dibilang Sapto kerap melepaskan zona nyaman yang telah ia miliki.
Misalnya saat ia telah ahli di bidang cuci cetak foto dan banting setir ke bidang jurnalistik. Demikian juga saat ia berpindah dari media Republika ke detik.com.
Bahkan di detik.com, Sapto menerima tantangan di bidang periklanan. Meskipun saat itu ia tidak memiliki dasar pemasaran secara offline maupun online, tapi ia mau belajar untuk menguasai karirnya sebagai Marketing Sales Online.
Baginya, dunia periklanan adalah tantangan yang membuat ia harus membuktikan diri kepada tim dan juniornya.
Lepas dari Marketing-Sales, Sapto sempat memegang posisi lain di detik.com yaitu di bagian Produk Development, hingga Direktur Operasional.