Mohon tunggu...
Ika Kusumadewi
Ika Kusumadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa Undip Edukasi Ekoefisiensi dengan Budaya Gemi Nastiti Ngati-Ati

6 Agustus 2021   21:16 Diperbarui: 6 Agustus 2021   21:44 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang (05/08/2021) Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro melakukan kegiatan edukasi terhadap warga Desa Bendan Duwur RW 02 mengenai prinsip ekoefisiensi yang dapat dipadukan dengan nilai-nilai budaya "Gemi Nastiti Ngati-Ati), Sabtu (30/08/21). 

Kegiatan penyuluhan tersebut merupakan salah satu program kerja dari mahasiswa Umsida yang sedang melaksanakan kegiatan KKN di Desa Bendan Duwur Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.

Pembangunan Nasional yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah di berbagai bidang/sektor banyak membutuhkananggaran/ biaya yang salah satunya bersumber dari pemanfaatan danpenggunaan segala sumber daya yang ada termasuk penggunaansumber daya alam yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakat. 

Dengan meningkatnya penggunaan sumber daya alam akan diikutipula dengan meningkatnya kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian untuk menjaga keseimbangan antaratingkat pembangunan dan kelestarian sumber daya alam. 

Berbagai dampak negatif bagi lingkungan yang ditimbulkan akibat pengelolaan dalam penggunakan sumber daya alam yang tidak benar, maka akan mengorbankan lingkungan,sumber-sumber daya alam lainnya bahkan bukan mensejahterakan masyarakat malah akan merugikan masyarakat sekitarnya.

Prinsip ekoefisiensi adalah gabungan dari kata eco dan efficient. Ekoefisiensi adalah suatu proses menghasilkan produk melalui teknologi namun dengan mengurangi penggunan sumber daya dan dampak lingkungan yang akan terjadi. 

Makna eko-efisiensi sendiri digali dari kearifan lokal dan khasanah kehidupan masyarakat Jawa yaitu Gemi Nastiti Ngati-ati, suatu budaya atau falsafah tinggi bagi orang Jawa, juga suatu dasar hidup yang tergeser karena kehidupan modern.

Suatu falsafah yang jauh lebih tua dari kata eko-efisiensi itu sendiri dan sampai saat ini secara umum masyarakat menganggap bahwa filsafat ini merupakan pedoman dalam memanfaatkan kekayaan alam agar tidak terjadi kerusakan alam/bumi dalam bentuk kerusakan dan pencemaran

Konsep Gemi Nastiti Ngati-ati yang telah dilaksanakan BLH DIY, dimana telah memberi sosialisasi penerapan eko-efisiensi di beberapa kecamatan di daerah Yogyakarta, kini budaya itu dikenalkan oleh mahasiswa undip sebagai bentuk program KKN di Kota Semarang. Kontep tersebut berisi:

  • Gemi: hemat, irit, tidak boros, tidak menggunakan dengan seenaknya, baik itu uang, barang, alat(listrik, air, pestisida, dll).
  • Nastiti: teliti, dipikirkan berulang-ulang, tidak gegabah, tidak sembarangan/tidak grusa-grusu, dipertimbangkan dengan matang.
  • Ngati-ati: berhati-hati, waspada, dilihat akibat buruk bagi kita sendiri, tetangga , lingkungan dan masyarakat pada umumnya, karena setiap kita bertindak pasti timbul akibat baik maupun buruk. Yang baik diteruskan dan yang buruk ditinggalkan/dikurangi

Melalui edukasi ini diharapkan warga masyarakat Bendan Duwur dapat mengimplementasikan budaya-budaya cinta lingkungan agar tercipta lingkungan yang nyaman, aman dan bersih.

dokpri
dokpri

Penulis: Ika Kusumadewi (Administrasi Bisnis, FISIP)

DPL : Dinalestari Purbawati, SE., M.Si., Akt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun