Jakarta (02-01) -Harga bahan pokok kembali menjadi perhatian masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Kenaikan harga yang terjadi pada beberapa komoditas utama seperti beras, gula, minyak goreng, dan daging telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen. Dalam menghadapi momen Natal dan Tahun Baru, masyarakat dihadapkan pada tantangan ekonomi akibat melonjaknya harga bahan pokok. Kenaikan signifikan ini, yang melibatkan sejumlah barang kebutuhan pokok, telah menjadi sorotan utama dalam beberapa minggu terakhir.
Kenaikan harga bahan pokok tersebut menjadi sorotan karena berpotensi memberikan dampak pada daya beli masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang masih belum pulih akibat pandemi COVID-19. Para pedagang dan produsen bahan pokok pun turut merasakan tekanan dalam hal menentukan harga jualnya, terutama dengan lonjakan permintaan menjelang perayaan.
Di beberapa pasar tradisional maupun supermarket besar, terjadi kenaikan harga signifikan pada bahan pokok dan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombai, cabai, sayuran, dan tomat. Menurut pedagang, faktor-faktor seperti kenaikan harga produksi, biaya transportasi, serta permintaan yang tinggi menjelang liburan menjadi pemicu utama kenaikan harga tersebut.
"Kebutuhan pokok seperti bawang putih, bawang merah dan bawang bombay ini memang sekarang lagi naik, alasannya itu selain karna faktor libur nasional dan libur natal yaitu kurangnya pasokan atau pemasukan dari pihak distributor sebab cuaca yang sedang ekstrim ini mengakibatkan keterlambatan hasil " ujar Fajar dan Farel seorang penjual bahan pangan, Selasa pagi (02/01).
Salah satu faktor utama dari kenaikan harga adalah kelangkaan pasokan akibat gangguan dalam rantai distribusi dan pasokan barang dari produsen ke konsumen. Peningkatan biaya produksi juga menjadi salah satu alasan di balik naiknya harga bahan pokok, seperti kenaikan harga bahan baku dan biaya logistik. Lonjakan harga minyak dunia juga berkontribusi terhadap kenaikan harga bahan bakar yang pada gilirannya mempengaruhi harga transportasi dan distribusi barang. Hal ini menjadi salah satu penyebab naiknya biaya produksi dan pengiriman barang ke pasar.
Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi cuaca yang tidak menentu mempengaruhi kenaikan harga produksi, serta masalah distribusi juga berkontribusi pada kenaikan harga bahan pokok. Dampaknya sangat terasa bagi kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang harus berjuang menyesuaikan anggaran belanja mereka.
"Saya merasa khawatir dengan kenaikan harga bahan makanan menjelang atahun baru. Ada beberapa harga yang naik, seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan bawang bombai. Terlebih lagi harga tomat yang naik drastis harga awal Rp7.000 menjadi Rp25.000, kalau bawang putih bulat dari harga Rp25.000/Kg menjadi Rp35.000/Kg, bawang putih kathing dan tunggal Rp27.000 menjadi Rp40,000/Kg. Situasi ini benar- benar membuat kesulitan dalam mengatur anggaran harian dan menimbulkan kekhawatiran akan pengeluaran keluarga kami." ujar Tikah, Selasa pagi (02/01).
Para ekonom mencatat bahwa fenomena kenaikan harga ini bukanlah hal yang jarang terjadi menjelang momen perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru. Meskipun demikian, kondisi ini memberikan dampak yang cukup terasa bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah. Mereka merasa tertekan dengan kenaikan harga yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan. Para ibu rumah tangga yang mengelola anggaran keluarga pun merasa harus lebih pintar dalam mengatur belanjaan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kenaikan harga, seperti pengawasan harga dan subsidi, namun tantangan dalam menjaga stabilitas harga tetap menjadi fokus utama. Upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, pedagang, dan konsumen diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan kenaikan harga bahan pokok menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru ini, Karena terkait hal ini, kolaborasi tersebut sangat diperlukan guna mencari solusi jangka panjang yang dapat mengurangi dampak buruk kenaikan harga bahan pokok di masa yang akan datang. Dengan demikian, diharapkan kondisi ini dapat teratasi dan masyarakat dapat merayakan perayaan Natal dan Tahun Baru dengan lebih tenteram tanpa terlalu terbebani oleh kenaikan harga bahan pokok.
Dalam menghadapi situasi ini, kesadaran akan pengelolaan keuangan yang lebih bijak dan alternatif pengganti bahan pokok yang lebih terjangkau menjadi penting. Serta, dukungan terhadap upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dapat menjadi langkah awal dalam meminimalisir dampak kenaikan harga terhadap masyarakat luas. Penting untuk tetap menjaga semangat solidaritas di tengah tantangan ekonomi ini, dengan berbagi dan mendukung sesama dalam memastikan bahwa semua orang bisa merayakan Natal dan Tahun Baru dengan sukacita meskipun dalam kondisi yang sulit.
Kesimpulannya, kenaikan harga bahan pokok selama Natal dan Tahun Baru merupakan tantangan yang perlu ditangani dengan bijaksana. Melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, dapat diupayakan solusi yang dapat menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H