Tradisi Lisan yang masih berkembang di Kecamatan Sobang yaitu maca dan seren taun.
- Maca Syeh Abdul Qodir Jaelani
Maca Syeh Abdul Qodir Jaelani yaitu membaca dan mendengarkan  biografi atau manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu seorang ulama yang disebut sebagai rajanya para wali. Maca dilakukan pada saat sunatan atau nikahan. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat sebagai sarana berharap keberkahan para wali dalam rangka ber-tawasul agar selamat dan terhindar dari bahaya. Tradisi maca dilakukan oleh tokoh agama, adat, atau tokoh masyarakat setempat. Mereka akan diundang ke acara sunatan atau nikahan untuk membawakan teks maca tersebut. Naskah wawacan syekh ini dikeluarkan dan diletakkan di atas bantal untuk menunjukkan kesakralan naskah. Naskah yang dibaca mengandung nilai-nilai religius sosok Syekh Abdul Qodir Jaelani. Ada pula mengenai kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab.
- Seren Taun
Salah satu tradisi lisan yang masih berkembang sampai saat ini di kecamatan Sobang adalah seren taun, tepatnya di Kampung Pasir Eurih, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten. Seren taun merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat setempat di bidang pertanian selama satu tahun. Dalam bahasa Sunda setempat Nyerenkeuin taun anu katukang, ngala anu ti hareup, artinya meninggalkan yang telah berlalu dan mengharapkan keberkahan tahun yang akan datang. Dua hari sebelum acara puncak, acara akan diawali dengan ngajayak pare (menjemput padi) dan dilanjutkan dengan nutu pare (penumbukan padi) Nah, dalam upacara Seren Taun yang menjadi objek utama adalah padi karena padi dianggap sebagai lambang kemakmuran. Di dalam upacara juga digelar ritual-ritual sakral, kesenian, dan hiburan. Kegiatan itu merupakan simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan lewat kegiatan kesenian, pendidikan, dan sosial budaya. Upacara seren taun juga menuturkan kembali kisah-kisah klasik berupa pantun Sunda.
Contoh Sastra lisan yang masih berkembang di Kecamatan Sobang yaitu sejenis mantra, yakni jampi-jampi.
Jampi-jampi merupakan sejenis mantra yang dilakukan oleh sesepuh atau tokoh adat di masyarakat setempat. Biasanya orang-orang akan ke rumah sesepuh tersebut untuk memintakan jampi-jampi agar bermaksud mencapai keberhasilan atau para petani ingin sawahnya subur, dan masih banyak lagi. Ada juga jampi-jampi dipakai sebagai pengobatan. Mereka mempunyai jampi-jampi tersebut karena warisan nenek moyang. Salah satu contoh jampi-jampi untuk nyireup geutih (menghilangkan darah yang mengucur saat terluka)
Suma yuhyikum, suma yumitukum, suma ilahi tur pet rapet. Katutup ku bayu ka lampat ku sabda. Lat les, lat teu aya. Rasana beusi euweuh sarian, waja euweuh rasaan. Eh teuk leus ku kasaning Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H