Seperti biasa mahasiswa yang tergabung di organisasi IKAMI SULSEL ini berkumpul di hari Jumat malam untuk menjalankan agenda rutin, diskusi dan sharing ide. Malam itu tepat pukul 7.30 cuaca gerimis sejak pagi. Lokasi base camp IKAMI SULSEL yang berada di lembah seputar kampus UMM ini sesak dipenuhi para mahasiswa asal SULSEL yang sedang menempuh studi di kota Malang. Diskusi gender kali ini membahas tema Wanita di Mata Lelaki : Suatu Khayalan Pengantar Tidur. Suatu topik yang menantang, anggota ikami banyak yang hadir tak terkecuali remaja-remaja, mahasiswi dari semester awal sampai yang akhirpun datang dan mendiskusikan topik gender ini hangat. Presenter pun dengan semangatnya membicarakan wanita dan bahkan membela perempuan sebagai sosok yang dibutuhkan dan disanjung tinggi. Laki-laki adalah makhluk yang juga disebut lemah, yang membutuhkan sosok kehadiran perempuan dalam hidupnya. Artinya keduanya terlibat erak dalam simbiosis mutualisme yang tak terelakkan. Diskusi gayeng dan ramai apalagi base camp kedatangan anggota senior Cheng Prudjung yang dengan gamblang menjelaskan sosok perempuan di mata alumni Pesantren Gombara Makassar. Bicaranya lugas dan menantang audience untuk berteriak. Dan meskipun belum selesai tuntas, diskusi diakhiri oleh moderator dan segera diberikan kesimpulan. Rupanya ada acara yang ditunggu-tunggu sedari siang. Jangan-jangan memang sudah dipersiapkan. Base Camp IKAMI yang sunyi karena terletak di lembah UMM, tanpa ada lalu lalang kendaraan menjadikan rencana berjalan mulus. Ada satu member IKAMI SULSEL yang berulang tahun ternyata..ahaa! Pelan-pelan Cheng Prudjung pun mendekat padaku dan bilang tunggu di luar, mungkin dia beri kode. Aku sama sekali tak tau rencana teman-teman yang mau ngerjain si Anchy, yang berulangtahun saat itu. Tiba-tiba listrik mati yang membuat suasana semakin gaduh. Tidak pula aku yang sedari tadi duduk mengikuti diskusi jadi ikutan panik. Aku tidak tau apa saja rencana yang akan mereka buat. Ada yang menyulut 'hey itu sekring nggak bisa dinyalakan switchnya karena sudah rusak' tiba-tiba si Irma teriak ingin mengatakan kalau listrik padam akan susah lagi menyalakannya. Hmm..kayaknya mereka sudah terlalu sering padamkan listrik disana, buktinya switchernya sampe rusak. Dan saat listrik sudah menyala, muncullah pembawa tart dengan lilin angka 18. Sontak si Anchy berteriak 'huaaaa..itu untukku'. Dan riuh rendah sudah semua penghuni base camp IKAMI dengan sejumlah mahasiswa dari tempat lain menyanyikan lagu happy birth day. Anchypun maju mendekat ke kue yang menyala terang karena dihias lilin tersebut. Dengan wajah sumringah diapun mendekatkan mulutnya ke ujung lilin berangka 18. Lilinpun ditiup..fuuhh. Jeda sesaat.. Mulailah perang khas, adu intrik antar gang. Anchy tercoret pipinya oleh sejumlah mahasiswa dengan chream. Walhasil kue indah yang kutunggu-tunggu tadinya pengen ngicip menjadi tak berbentuk kue lagi. Kue cantik itu lebur dan lari kesana kemari mencari korban coret chream. Sirna lah sudah mimpi makan kue tart ultah. Rupanya semua sudah direncanakan. Dimulai dari corat-coret wajah, saat itu dua yang berulang tahun ternyata. Keduanya pun jadi korban keganasan anggota IKAMI SULSEL, bener-bener brutal mereka ngerjain Anchy dan Nisa. Kain banner yang digunakan saat menggalang dana Help For Sidrap terpakai buat mengikat mereka. Tak ayal tempat sampah pun dijadikan alat untuk ngerjain dara-dara berulang tahun saat itu. Ada yang bilang 'woi..itu sampah sudah lama nggak dibuang'. Qeqeqe..aku tertawa sendiri. Pantesan baunya aduhai, maklum lah anak muda. Di base camp sudah ada jadwal piket tapi tetap saja, sampah sudah segunung nggak dibuang-buang juga. Dan itu dijadikan bahan untuk ngerjain Anchy. Meski Anchy, yang berhasil diikat sama Cheng teriak-teriak tak ada yang menggubris. Base Camp IKAMI yang jauh dari rumah-rumah berpenghuni membuat mereka bebas berteriak. Dan anchypun diguyur berbagai macam air, mulai dari air dari kamar mandi, air selokan dan bahkan air dari dalam tempat sampah. Ow..ow..ow.. Kue tart yang tinggal hanya cake nya doang rupanya dikeluarkan oleh Taslim. 'Kita akhiri dah pertikaian ini, maaf ya Chy..' Taslim pun menggadang kue itu dan meletakkan di kursi depan base camp. Nah rupanya justru kue itu menyulut Cheng Prudjung dan dua teman yang lain untuk main colek dan dilanjutkan dengan pergumulan sengit, tepat di depan pintu. Mereka bertiga seperti tak saling melepaskan, gelut dan saling bergayut hebat. Semua jadi bingung, tadinya mau ngerjain yang ultah hari ini. Eh malah mereka serius bergelut tak mau lepas, saling colek dan kibaskan kue di rambut masing-masing. Benar-benar gila mahasiswa-mahasiswa ini! Semua yang melihat dari dekat maupun di kejauhan karena takut terkena imbasan air got dan chream cake tertawa terbahak-bahak melihat aksi pergumulan yang berlangsung lama dan cukup seru. Tak satupun dari para cowok-cowok IKAMI ini yang rapi, rambut mereka sudah awut-awutan tanpa terkecuali dengan si Anchy yang berulang tahun. Bajupun sudah terlempar jauh kemana-mana, pada telanjang gak karu-karuan. Hujan masih menggelontor di depan markas. Mereka pun dengan bebasnya main air, saling lempar dari bawah ke atas lantai 2 base camp dan dari atas ke bawah. Rupanya si Anchy diam di atas melancarkan serangan dari sana. Teras depan base dan jalannyapun menjadi ajang perang. Siapa yang lewat disitu pasti kena lemparan air, bermacam-macam air melayang di depan base. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku harus balik kerumah. Tadinya ingin lebih lama lagi. Teman-teman di markas bilang babak 2 lebih seru. Astagah..! Sampai jam berapa mereka mengakhiri pertempuran sengit itu. Dan ternyata keesokan harinyapun masih ada yang ulangtahun, dua orang mahasiswa anggota IKAMI. Mereka dikerjain sampai lari terbirit-birit menuju lembah UMM Tegal Gondo. Satu diantaranya kehilangan BB nya. Benar-benar parah teman-teman IKAMI ini. Tapi tak satupun diantara mereka yang sedih dan sakit hati. Bahkan saat-saat ini mereka telah tunggu-tunggu selama satu tahun lamanya, rela untuk dikerjain. Hal ini menguatkan keakraban diantara mereka sesama anggota IKAMI yang berasal dari daerah yang sama Sulawesi Selatan. Karena jauh dari orang tua, jauh dari kampung halaman semangat persaudaraan mereka semakin tinggi. Saat di kota Malang mereka semakin akrab dan mesra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H