Mohon tunggu...
Me Here
Me Here Mohon Tunggu... -

im just me

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ajaibnya Kurikulum 2013

16 Februari 2013   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:13 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini berangkat dari artikel yang saya baca di internet berjudul "Lucunya Kurikulum 2013". Saya tidak akan berpanjang-panjang. Coba cermati salah satu kompetensi yang berbunyi "berperilaku disiplin dengan meniru elektron yang selalu beredar di lintasannya." Entah apa background penyusun kurikulum ini. Untuk diketahui, elektron tidak diketahui pasti kedudukannya sebagaimana planet-planet kita yang mengelilingi matahari.

Saya takjub, rupanya ini to tematik integratif yang digadang-gadang pemerintah itu. Rupanya sekedar cocokologi... Ini baru satu yang nyata salah. Belum lagi fakta bahwa sains selalu berkembang. Misalnya, kasus klasik Galileo. Mungkin di zaman pra galileo, para penyusun akan membuat kompetensi yang isinya "Meniru kesetiaan matahari yang tiap hari mengorbit bumi". Oh my god. Apakah mereka benar- benar berpikir bahwa sains bersifat stagnan? Kalau ada perubahan semacam itu, mau dibawa kemana kesetiaan dan seabrek moralitas yang diselipkan? Selain itu, hal ini ditakutkan mereduksi daya kritis. Padahal sifat ini penting dalam perkembangan sains dan teknologi.

Saya pikir, tak perlu cocokologi seperti ini. Metode ilmiah adalah salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengajarkan siswa sikap-sikap tertentu, misalnya kejujuran, kerajinan, problem solving, daya kritis, dll. Jadi siswa nyata diajarkan kejujuran dengan tidak merubah data praktikum,diajarkan problem solving dalam merancang percobaan... Dll. Tidak sekedar cuap-cuap di kelas bergosip tentang kejujuran.

Saya kira banyak guru eksak yang sudah menyadari ini. Akan tetapi, tidak dilakukan sebab harus kejar setoran agar siswa lulus semua. Lagi-lagi, UN ada di pintu keramat. Sudah kurikulumnya aneh, tidak sinkron pula dengan sistem evaluasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun