Peserta yang ikut akan diajak untuk menemukan hal-hal menarik yang tidak terduga. Kemarin saat saya ikut untuk ketiga kalinya, blusukan dilakukan di Magelang, Jawa Tengah. Candi mana saja yang dikunjungi? Simak ceritanya sampai selesai ya!
Candi Ngawen
Sejarah Candi Ngawen sangatlah panjang dan menarik. Candi yang bercorak Buddha ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9. Candi ini pertama kali ditemukan dengan kondisi tertutup tanah sedalam tiga meter. Selama berabad-abad, candi ini mengalami perubahan dan kerusakan akibat bencana alam. Namun, candi Ngawen kini telah berevolusi dan menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Jika dilihat sepintas, bangunan disini mirip dengan candi Hindu karena bentuknya yang meruncing. Tapi setelah diamati dengan seksama, candi ini rupanya memiliki stupa dan teras (undak-undak) yang menjadi simbol dalam candi Buddha pada umumnya.Â
Ciri khas yang dimiliki candi Ngawen adalah adanya hiasan patung singa pada keempat sudutnya. Candi ini juga memiliki posisi yang berjejer satu sama lain, berbeda pada candi umumnya yang memusat pada induk dan purwara disekitarnya. Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Pemandangan di sekitarnya masih terlihat asri dan berhawa sejuk.Â
Cerita yang disampaikan oleh Mas Yosi dari Kandang Kebo begitu ringan dan sangat mudah dipahami. Saya dan peserta lain tak hanya dikenalkan dengan sejarahnya saja, tapi juga ditunjukkan pada relief-relief yang memiliki arti tertentu. Misalnya saja patung singa berdiri yang menjadi simbol keperkasaan atau kekuasaan tertinggi, patung ini rupanya juga memiliki fungsi sebagai penyangga dan pancuran air ketika hujan mengguyur candi. Hewan lain yang bisa dilihat pada relief candi Ngawen adalah gajah dan merpati setengah manusia bernama Kinara Kinari.Â
Candi Asu
Candi Asu adalah peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Karena berada di tepi jalan, maka tak sulit untuk menemukannya. Menurut pengelola setempat, candi ini juga sering dikunjungi wisatawan dari luar daerah dengan tujuan yang berbeda-beda, salah satunya adalah untuk meminta kesembuhan.
Ada beberapa versi cerita yang saya dapatkan terkait penamaan Candi Asu sendiri. Pertama, nama Asu didapatkan karena adanya relief yang berbentuk anjing. Padahal yang ditemukan pertama kali sesungguhnya adalah sebuah patung Lembu Nandi yang wujudnya telah rusak sehingga menyerupai anjing yang dalam bahasa Jawa disebut dengan asu. Kedua, candi ini dinamakan Asu karena masyarakat setempat dulunya banyak yang memelihara anjing. Disebut Asu juga berasal dari kata aso atau dapat diartikan sebagai peristirahatan, namun tidak ada pembuktian untuk argumen ini.
Candi Pendem Sengi
Candi Pendem berada di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sesuai dengan namanya, candi bercorak Hindu ini ini terletak di tanah yang lebih rendah daripada permukaan tanah sekarang. Saat ini yang tersisa dari bangunan ini adalah bagian kaki dan sebagian tubuh candi bagian bawah saja. Bangunan candi ini tidak selesai karena memang tidak memiliki atap.Â