Mohon tunggu...
Wahyu Ika Nur Aini
Wahyu Ika Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sedang Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Book

Sharing Buku Filosofi Teras

9 Januari 2024   01:13 Diperbarui: 9 Januari 2024   01:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu'alaikum teman-temanku!

           Jadi kali ini aku mau bercerita tentang isi salah satu buku yang aku baca. Judulnya Filosofi Teras. Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih kepada teman-teman semua yang sudah menyempatkan waktu membaca tulisanku. Buku filosofi teras ini merupakan buku karya Pak Henry Manampiring, salah satu penulis buku best seller the alpha girls guide. Temen-temen, aku mau tanya nih apa kalian sering merasa khawatir tentang banyak hal, baperan, susah move on, mudah tersinggung, dan mudah marah di dunia nyata dan maya? Kalau kalian seperti itu, mungkin kalian cocok baca buku ini.

         Jadi buku filosofi teras ini memperkenalkan filsafat yunani romawi kono yaitu stoisisme yang berkembang pada abad 300-200 SM. Dan buku ini juga disertai dengan wawancara dengan pakar atau tokoh yang memprakktikan stoisisme. Buku filosofi teras ini berisi 219 halaman dan terdapat 13 bab ditambah 1 catatan pandemi di edisi revisi. Salah satu yang dibahas ini ada survei khawatir nasional, hidup selaras dengan alam, dikotomi  kendali, mengendalikan interpretasi dan persepsi, menghadapi kesusahan dan masih banyak lagi. Dan disini juga disertai cara mempraktikan filosofi teras. Aku akan mengulas salah satu isi buku ini tapi gak semua. Misalnya dikotomi kendali. Disini terdapat prinsip. Ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan ada hal-hal yang tidak berada dibawah kendali (tergantung pada kita) prinsip ini dinamakan dengan dikotomi kendali.

          Yang tidak dibawah kendali ada tindakan orang lain, opini orang lain, kesehatan kita, kondisi saat kita lahir, cuaca, gempa bumi dll. Dan yang dibawah kendali ada keinginan kita dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri. Siap-siap saja kecewa kalau kamu berharap kepada hal-hal yang diluar kendali. Misalnya kita berharap kalau teman kita datang saat ulang tahun tapi kenyataannya gak datang, siap-siap saja kecewa karena tidakan orang lain itu di luar kendali kita.

Oh iya di filosofi teras ini kita diajarkan untuk memikirkan kemungkinan-keemungkinan terburuk jadi saat kemungkinan terburuk itu terjadi kita sudah tidak kaget.

          Selanjutnya mengendalikan interpretasi dan persepsi. Di buku ini disebutkan bukan hal-hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita tetapi pertimbangan/pikiran/persepsi akan hal-hal dan peristiwa tersebut. Jadi yang bikin resah itu bukan peristiwanya tapi persepsi kita akan peristiwa tersebut. Disini juga disebutkan contohnya yaitu peristiwa terjebak kemacetan. Interpretasi otomatisnya saya buang-buang waktu disini kemudian muncul emosi negatif marah, kesal, dan frustasi. Saat sudah mempraktikan jadi interpretasi rasional yang tadinya interpretasi buang-buang waktu berubah menjadi saya bisa memakai kesempatan ini untuk membaca ebook jadi yang tadinya emosi negatif menjadi positif. Kalau contoh dari aku sendiri,  dulu aku kalau sudah jauh-jauh dari Magelang sampai Jogja demi satu matkul tapi sampai kampus ternyata kosong interpretasi otomatisku jadi aku buang-buang waktu dan bensin terus muncul emosi negatif kesal. Setelah mempraktikkan interpretasiku berubah menjadi berarti ini kesempatanku untuk keliling Jogja, pergi ke pameran misalnya jadi muncul emosi positif.

          Mungkin itu sedikit ulasan dari isi buku filosofi teras tapi disini masih banyak banget isinya kalian bisa baca. Di buku ini tiap  akhir babnya itu ada intisarinya jadi kalian lebih mudah memahami buku ini. Terdapat juga ilustrasi dan lelucon. Menurut aku sendiri bukunya recommended untuk dibaca. Itu aja dari aku. Kalau ada salah kata mohon maaf. 

 Sekian. Wassalamu'alaikum wr.wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun