Mohon tunggu...
Ika Rubby
Ika Rubby Mohon Tunggu... Penulis peneliti -

sejarawan muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang-orang di Balik Layar Revolusi

26 Februari 2014   19:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agresi militer Belanda ke II

11.

Nasib BNI di konfrensi antar Indonesia (BFO-RI)

19-22 Juli 1949

Delegasi RI harus berkopromi jika ingin mendapatkan dukungan BFO dalam KMB, BNI harus disingkirkan dan De Javasche Bank yang harus dijadikan Bank sentral

12.

Nasib BNI di KMB

23 Agustus-2 November 1949

Dengan tiadanya delegasi yang membahas masalah ekonomi selain delegasi yang membahas tentang masalah politik, maka Indonesia mengalami beberapa kerugian ekonomi, seperti;

a.Konsensi perkebunan dan perdagangan

b.Pengelolaan SDA yang masih dikuasai oleh Belanda

c.Bank swasta belanda yang menjadi bank sentral

d.Dan yang paling menyakitkan Indonesia menanggung hutang papasan perang yang harus dibayarkan kepada Belanda

Dari kronologi di atas bias terlihat bahwa apa yang diskenariokan Belanda dengan penghancuran dari dalam justru tidak berhasil karena Republik mampu bertahan dan justru mampu mendanai berbagai pengeluaran dan perjuangannya sendiri tanpa bantuan pihak luar. Republik sedikit demi sedikit justru mempunyai sumber devisa untuk membiyayai pemerintahan dan bahkan membiayai angkatan perangnya. Dan hal ini yang memaksa Belanda untuk membuat sebuah kelputusan dengan mengkhianati perjanjian Renville dan melakukan serangan cepat ke jantung Republik walau dengan resiko KTN (komisi tiga Negara) masih ada di Yogyakarta, untuk segera memutuskan dan mengucilkan komunikasi diplomasi republik yang semakin kuat dengan PBB (di PBB pada saat itu mulai muncul embrio persaingan perang dingin antara sesama negara pemenang perang Dunia ke II untuk mencari pengaruh di negara-negara baru yang baru merdeka, sehingga mereka saling berlomba mengulurkan tangan memberi bantuan).

Pengambaran sengaja mengambil tempo pada masa revolusi fisik dan sampai pada masa puncaknya penandatanganan KMB, hal ini disengaja untuk memberi gambaran alernatif dari suasana perebutan dan mempertahankan kemerdekaan dari sudut pandang yang belum banyak diketahui khalayak. Dan lebih mengali pada kedalaman ingatan sejarah yang tidak langsung tergambarkan dalam frame besar sejarah Indonesia, sebagaimana sebuah usaha mengisi kemerdekaan tersebut yang betul-betul lahir dari rahim revolusi, dengan mudahnya ditinggalkan oleh konsesi yang mengkedepankan hasil dengan mengorbankan cara perjuangan dan ide capaian dari perjuangan dan kemerdekaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun