Agresi militer Belanda ke II
11.
Nasib BNI di konfrensi antar Indonesia (BFO-RI)
19-22 Juli 1949
Delegasi RI harus berkopromi jika ingin mendapatkan dukungan BFO dalam KMB, BNI harus disingkirkan dan De Javasche Bank yang harus dijadikan Bank sentral
12.
Nasib BNI di KMB
23 Agustus-2 November 1949
Dengan tiadanya delegasi yang membahas masalah ekonomi selain delegasi yang membahas tentang masalah politik, maka Indonesia mengalami beberapa kerugian ekonomi, seperti;
a.Konsensi perkebunan dan perdagangan
b.Pengelolaan SDA yang masih dikuasai oleh Belanda
c.Bank swasta belanda yang menjadi bank sentral
d.Dan yang paling menyakitkan Indonesia menanggung hutang papasan perang yang harus dibayarkan kepada Belanda
Dari kronologi di atas bias terlihat bahwa apa yang diskenariokan Belanda dengan penghancuran dari dalam justru tidak berhasil karena Republik mampu bertahan dan justru mampu mendanai berbagai pengeluaran dan perjuangannya sendiri tanpa bantuan pihak luar. Republik sedikit demi sedikit justru mempunyai sumber devisa untuk membiyayai pemerintahan dan bahkan membiayai angkatan perangnya. Dan hal ini yang memaksa Belanda untuk membuat sebuah kelputusan dengan mengkhianati perjanjian Renville dan melakukan serangan cepat ke jantung Republik walau dengan resiko KTN (komisi tiga Negara) masih ada di Yogyakarta, untuk segera memutuskan dan mengucilkan komunikasi diplomasi republik yang semakin kuat dengan PBB (di PBB pada saat itu mulai muncul embrio persaingan perang dingin antara sesama negara pemenang perang Dunia ke II untuk mencari pengaruh di negara-negara baru yang baru merdeka, sehingga mereka saling berlomba mengulurkan tangan memberi bantuan).
Pengambaran sengaja mengambil tempo pada masa revolusi fisik dan sampai pada masa puncaknya penandatanganan KMB, hal ini disengaja untuk memberi gambaran alernatif dari suasana perebutan dan mempertahankan kemerdekaan dari sudut pandang yang belum banyak diketahui khalayak. Dan lebih mengali pada kedalaman ingatan sejarah yang tidak langsung tergambarkan dalam frame besar sejarah Indonesia, sebagaimana sebuah usaha mengisi kemerdekaan tersebut yang betul-betul lahir dari rahim revolusi, dengan mudahnya ditinggalkan oleh konsesi yang mengkedepankan hasil dengan mengorbankan cara perjuangan dan ide capaian dari perjuangan dan kemerdekaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H