Anak-anak pun semua terpusat kepada Rio. Mereka tidak berbicara. Hanya terus memperhatikan alat yang digunakan ditelinganya. Setelah mendengar penjelasan bu guru kini anak-anak mulai mengetahui bahwa ada salah satu teman yang berbeda dan harus memperhatikan apa yang sudah diperintahkan ibu guru.
Rio pun tampak bahagia karena bisa mendengar apa yang disampaikan oleh gurunya. Ia juga bahagia karena teman-temannya bisa menerima Rio. Salah satunya adalah Putra. Ia berkenan untuk duduk bersama Rio.
 .........................................................................................................
Hari sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Saatnya anak-anak kelas satu pulang ke rumah. Mereka banyak yang sudah disambut oleh orangtuanya di depan pagar sekolah. Satu persatu berjabat tangan kepada ibu guru untuk berpamitan.
Sesampainya di rumah, Putra melepaskan semua seragamnya dan ganti dengan baju biasa. Saat itu ada ibunya yang sedang duduk di dekat Putra sambil membaca koran.
"Ibu. Tadi aku di sekolah diajak jalan-jalan sama ibu guru. Terus disuruh masuk kelas dan aku duduk paling depan dengan temanku."
"Wah....asyik ya sepertinya. Ibu senang mendengarnya. Kalau boleh tahu, siapa nama teman yang duduk bersama Putra?"
"Namanya Rio bu. Kata bu guru dia anak berkebutuhan khusus. Dan ada alat di telinga yang membantu dia untuk mendengar. Awalnya Putra takut bu. Sewaktu aku mengajak dia berbicara suaranya berbeda."
Ibu Putra meletakkan korannya dan menyimak pembicaraan anaknya itu dengan senyuman. Beliau ingin memberikan contoh kepada anaknya ketika ada yang sedang berbicara maka harus didengarkan dan menatap orangnya.
"Putra tidak perlu takut ya. Pasti bu guru tadi sudah menjelaskan. Rio adalah teman Putra. Meskipun ada yang berbeda tetapi ibu yakin pasti Rio anaknya juga pintar."
"Benar bu, tadi Putra dikasih gambar ini oleh Rio. Bagus ya bu gambarannya."