"Wah, gambarnya sangat bagus. Ini seperti pohon yang aku lihat di taman tadi. Kamu yang menggambar?"
Betapa kagumnya Putra ketika melihat gambaran itu. Ketika bertanya kepada Rio, ia pun mengagukkan kepala sambil tersenyum. Sebagai tanda bahwa ia yang menggambar.
"Halo anak-anak. Tadi kita sudah jalan-jalan ya melihat lingkungan sekolah kita. Bu guru yakin pasti sudah ada beberapa yang tahu nama temannya. Sebelum ibu tanya nama teman-teman yang kalian ketahui, ada sesuatu yang harus bu guru sampaikan."
Wajah anak-anak saat bu guru menyampaikan hal tersebut ada yang tersenyum dengan teman-teman yang sudah ia kenal. Ada juga anak yang masih terdiam karena belum tau nama teman-temannya.
"Sebelum bu guru mempersilahkan anak-anak untuk menyebutkan nama kalian. Di sini kita punya teman yang berkebutuhan khusus. Ia memiliki hambatan di pendengaran dan berbicara. Jadi anak-anak kalau berbicara dengannya pelan-pelan ya Gerakan bibirnya. Supaya teman kita bisa tahu apa yang sedang kita bicarakan."
Ibu guru memberikan sedikit penjelasan kepada murid-muridnya sambil menggerak-gerakkan tangan. Anak-anak belum ada yang tahu dengan maksud gurunya tersebut.
"Selain bibirnya digerakkan pelan-pelan, anak-anak juga boleh mengisyaratkan dengan gerakan anggota tubuh ya. Seperti bu guru saat ini."
Anak-anak mulai memahami apa yang sedang disampaikan oleh ibu guru dengan memberikan respon menganggukan kepala.
"Teman kita yang berkebutuhan khusus diizinkan untuk duduk di depan ya anak-anak, supaya bisa lebih dekat melihat ibu guru ketika menjelaskan sesuatu."
Supaya tidak terjadi rasa berebut tempat duduk di depan, bu guru memberikan pemahaman kepada anak-anak.
"Anak-anak juga tidak perlu takut ya ketika mendengar teman kita berbicara. Bisa saja suaranya tidak sama dengan kita, karena seperti yang sudah ibu sampaikan tadi. Dan di bagian telinga teman kit aitu ada sebuah alat. Namanya Alat Bantu Dengar (ABD). Gunanya untuk membantu teman kita supaya bisa mendengarkan suara dari luar."