VOC mendatangkan pasukan baru dari beberapa daerah untuk membantu penyerangan. Hingga pada puncaknya 18 Desember 1771 terjadi perlawanan cukup besar yang menghilangkan banyak nyawa baik dari pihak VOC maupun rakyat asli Blambangan. Peristiwa ini diberi nama Perang Puputan Bayu, yang memiliki arti habis-habisan.
Pada waktu itu rakyat yang telah bergabung di bawah pimpinan Pangeran Jagapati yang dibantu juga oleh Mas Ayu Wiwit atau bisa disebut Sayu Wiwit untuk melawan VOC. Pihak VOC merasakan bahwa perlawanan ini adalah peristiwa yang cukup merugikan baginya. Pengikut VOC banyak yang gugur dan biaya yang dikeluarkan pun lumayan besar.Â
Dari pimpinan Pangeran Jagapati pun juga terjadi demikian, banyak ribuan nyawa gugur dalam perlawanan pada saat itu. Rakyat pada awalnya berjumlah puluhan ribu kini hanya tersisa sangat sedikit. Keesokan harinya kabar duka datang kepada rakyat Bayu.
Pemimpinnya yakni Pangeran Jagapati gugur akibat luka pada saat melakukan perlawanan cukup parah. Kini rakyat semakin sedih, hingga akhirnya Sayu Wiwit bersama rakyatnya yang lain terus berjuang mempertahankan tanah Blambangan. Sebagian rakyat akibat peristiwa ini banyak yang mengungsi kembali ke daerah lebih aman dari VOC.
Setelah perlawanan besar-besaran yang menghilangkan ribuan nyawa demi mempertahankan bumi Blambangan, kini setiap tanggal 18 Desember selalu diperingati sebagai hari jadi Banyuwangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H