Akibat adanya kegagalan dan besarnya investasi yang dibutuhkan dalam penemuan antibiotika baru, maka dikhawatirkan penemuan antibiotika baru tidak dapat mendukung terapi penyakit karena perkembangan penemuan yang mulai melemah dan banyaknya resistensi antibiotika yang sudah terjadi.Â
Hal ini memberi gambaran bahwa terjadinya resistensi antibiotika berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan penelitian dan penemuan antibiotika baru.Â
Oleh sebab itu, WHO (World Health Organisation) sebagai organisasi kesehatan dunia menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk dapat menekan laju resistensi antibiotika dengan menggunakan antibiotika secara bijak.
Langkah pengendalian resistensi antibiotika
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi.Â
Untuk membantu tenaga medis dalam meresepkan antibiotika secara rasional, saat ini beberapa rumah sakit sudah menerapkan pembuatan peta kuman. Metode ini dapat menunjukkan atau memberi gambaran mengenai resistensi antibiotika yang terjadi di rumah sakit tersebut.Â
Peta kuman dibuat berdasarkan hasil kultur dari pasien yang akan menghasilkan sebuah gambaran mengenai antibiotik apa saja yang masih efektif dan apa saja yang sudah resisten.Â
Dari hasil ini kemudian  ditentukan penyediaan antibiotika di rumah sakit tersebut sehingga dapat digunakan menjadi dasar dalam dokter memberikan resep antibiotika kepada pasiennya. Beberapa antibiotika yang sudah resisten tidak lagi digunakan sebagai alternatif pemberian terapi di rumah sakit tersebut.
Pembuatan peta kuman di rumah sakit dan kepatuhan dokter dalam memberikan terapi antibiotika yang tepat dan sesuai indikasi sangat membantu dalam usaha pengendalian resistensi antibiotika.Â
Dalam uji coba yang sudah dilakukan, ternyata tidak semua tindakan operasi harus mendapatkan antibiotik setelah operasi. Beberapa tindakan hanya membutuhkan antibiotika sebelum melakukan operasi tanpa disertai pemberian antibiotika setelah tindakan operasi dan terbukti tidak menimbulkan infeksi lanjutan.Â
Pengetahuan yang sering berkembang di masyarakat secara umum adalah penggunaan antibiotika wajib untuk flu dan batuk. Padahal tidak semua penyakit flu dan batuk yang disebabkan virus membutuhkan antibiotika. Pemberian antibiotika yang tidak rasional atau tidak tepat justru akan dapat memicu terjadinya resistensi.