Mohon tunggu...
Ika LailatulSaadah
Ika LailatulSaadah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Saya suka menulis, profesi saya adalah guru sekaligus mahasiswa di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Saya suka menulis konten terkait hal-hal apa saja yang saya anggap menarik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlunya Intervensi Nilai-Nilai Pendidikan terhadap Pemahaman Kasus Kekerasan di Sekolah

15 Februari 2024   12:43 Diperbarui: 15 Februari 2024   12:48 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus kekerasan di lingkungan sekolah masih menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan. Berbagai macam tindak kekerasan yang dilakukan sangat beragam, seperti Bullying, kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan lain sebagainya. Hal itu bisa terjadi karena latar belakang keluarga siswa yang sedang kurang baik-baik saja, iri dengki, pelampiasan amarah, dendam,  hingga hanya sebagai bentuk trend mereka berani melakukan tindak kekerasan demi mendapatkan validasi dan julukan "Hebat" dari teman-temannya. kekerasan di lingkungan sekolah bukan hanya terjadi antar teman, fakta menunjukkan bahwa juga banyak kekerasan tersebut dilakukan oleh murid terhadap guru. Hal itu sangat disayangkan, dalam lingkup sekolah tentu yang diusung paling pertama adalah seorang guru, bagaimana peran guru dalam menanggapi dan mengatasi kekerasan di lingkungan sekolah. Perlunya penekanan terhadap peserta didik tentang dampak buruk dari kekerasan serta nilai-nilai yang harus diteguhkan pada setiap peserta didik.

Jika hal tersebut masih sering terjadi apakah peserta didik sudah bisa dikatakan merdeka dalam melakukan proses pendidikan? Sistem serta strategi dari kurikulum merdeka yang dicanangkan oleh pemerintah cukuplah baik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia, namun masih sering ditemukan bahwa warga sekolah masih kurang optimal dalam menjalankannya. 

Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan terhadap peserta didik dalam mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya, yakni kodrat lahiriah dan batiniah. Sependapat dengan apa yang dituturkan oleh Ki Hajar Dewantara, namun kebebasan dalam mendidik dan dididik di sini masih disalah artikan. Ki Hajar Dewantara tidak akan lupa menjunjung sistem among yang diperuntukkan oleh guru kepada siswanya. Jika guru telah menerapkan sistem among kepada seluruh siswanya dengan baik, maka juga akan terjadi penekanan kasus kekerasan di llingkungan sekolah. 

Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa istilah "among" atau "ngemong" lebih diperuntukkan ke sikap menuntun, mengingat bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Nilai budi pekerti adalah nilai yang sangat penting untuk kelangsungan kesejahteraan di lingkungan sekolah. Nilai itu lahir bisa dari beberapa faktor, seperti faktor keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat sekitar, dan lain sebagainya. Paling utama untuk menumbuhkan nilai budi pekerti dan karakter yang baik adalah bisa dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. 

Orangtua akan senantiasa menuntun dan memberikan contoh konkrit kepada anak tentang bagaimana untuk berperilaku baik terhadap sesama dan menghindari perilaku buruk yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Tak lain halnya dengan guru di sekolah, sebagai pendidik harus menuntun dan memantau segala perkembangan anak-anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan sekolah. 

Murid akan menganggap bahwa guru di sekolah adalah panutan yang harus mereka teladani. Oleh karenanya, sekolah adalah rumah kedua untuk mereka dalam berproses untuk membentuk watak dan budi pekerti yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara "Watak dan Budi Pekerti merupakan kodrat manusia, sehingga kita sebagai pendidik perlu memahami kodrat itu dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan pembelajaran-pembelajaran yang dialaminya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun