Well, UN had done for those who joined the PBT. Tiga hari yang menentukan lulus tidaknya kita sebagai siswa SMA. Sebenarnya tidak semenyeramkan itu juga, kelulusan saat ini kan sudah di tentukan oleh pihak sekolah lagian juga bukan hanya nilai UN saja yang dijadikan patokan penentuan kelulusan.
UN, sebuah momok yang membuat anak kelas XII SMA compang-camping.
Lets talk about UN 2016, tahun ini UN dilaksanakan dengan dua cara sekaligus yaitu PBT dan CBT. Langsung ni dalam pikiran aku, wah lebih banyak dong variasi soal yang harus dibuat biar ngga bocor dimana-mana. Belum lagi ada yang pake KTSP ada yang pake K13. Mari kita hargai perjuangan dan pemerintah dalam membuat soal. Apa pengamannya suddah siap ya?
Faktanya, UN tahun ini sama kaya UN tahun-tahun sebelumnya. Ya gitu banyak nih soal nyebar, banyak kunci nyebar eh ada juga yang kuncinya tembus. Apalagi jadwal anak CBT yang sehari Cuma satu pelajaran. Bagi mereka yang ngambil CBT ada keuntungan yang lumayan gede lohh. Karena ini di Indonesia, banyak banget soal PBT yang nyebar ke anak CBT. I know itu ngga bakal sama persis tapi well you know lah what kind of questions yang akan keluar. Fakta seperti ini sih udah biasa banget di Indonesia, kita ngga bisa nyalahin pemerintah sepenuhnya yang kurang dalam melakukan pengamanan tapi salah satu fenomena ini juga datang dari murid-muri indonesia yang integritasnya masih rendah. Kalau kita mau nyalahin pemerintah, mereka uddah berusaha semaksimal mereka loh tapi mungkin dari pelaksananya ini ada oknum-oknum yang memang sengaja ingin mencari keuntungan lebih dari posisinya. Nah salahnya dari murid-murid indonesia ini tuh mereka rela ngelakuin apa aja buat apet kuncilah, bocoranlah dan apalah itu yang bisa memudahkan UN mereka.
Coba bayangkan, 3 tahun berangkat sekolah setiap hari, masuk kelas, belajar, ngerjain tugas, ngerjain project, ngerjain tugas kelompok, dateng sana sini buat kunjungan biar lihat dunia nyata eh lha kok pas UN nya malah makai kunci. Apa ngga nyesel itu, 3 tahun yang berat aja dilewatin masa Cuma beberapa hari ngga mau melakukannya sendiri. Pertama, kalu kita UN pakai kunci atau apalah itu sama aja kita ngga percaya sama kemampuan kita sendiri. Kedua, kaliah hargai dengan apa usaha kalian sendiri kalua masih pakai kunci. Ketiga, apa ngga takut dosa itu?
Aku sendiri sering bertanya-tanya “ Kenapa harus pakai kunci?”, apa ingin dapet nilai yang bagus, apa ingin membanggakan orangtuanya dengan nilai yang bagus itu, apa ingin jadi anak yang terlihat karena nilainya itu, apa jangan-jangan ingin dilihat oleh dunia diluar mereka. Kenapa sebenarnya anak-anak ini? Kenapa berani sekali.
Mari bicara tentang aku, aku sama seperti mereka diluar sana tapi aku beda. Aku sama seperti mereka yang kelas XII SMA tapi aku beda aku ngga make kunci. Bukan mau sombong atau menjatuhkan yang lain, tapi aku JUJUR. Mungkin keadaannya aku akan sama kaya mereka kalau semisal saja aku tidak masuk sekolah X ini. Sekolah X ini adalah salah satu SMA swasta di kabupaten Bogor, keberadaanya belum terlalu lama, aku saja adalah angkatan ketiganya. SMA ini sangatlah menjunjung tinggi integritas. Di SMA ini pula aku belajar menghargai 3 tahun masa SMA ku yang berat, yang aku rela jauh-jauh dari orangtua, yang aku ngga tidur sampai pagi Cuma buat ngerjain seambrek tugas. Kalua pembaca ingin tahu SMA X ini tahun lalu bersih dalam UN, tidak menggunakan kunci sama sekali dan hasilnya adalah mendapatkan nilai tertinggi di Kabupaten.
UN kali ini aku cukup kecewa, aku kira pengawasannya akan seketat yang biasanya sekolahku lakukan, ternyata enyahlah angan-anganku itu. Dari mulai masuk keruang ujian, bahkan mereka tidak memperhatikan sama sekali setiap kartu nama yang ditunjukkan. Oh ya tentang kartu nama yang ditunjukkan itu sudah biasa kami lakukan sebelum memasuki ruang ujian agar pengawas melihat kita adalah orang yang sebenarnya yang akan mengikuti ujian atau tidak, tapi mereka tidak melihat sama sekali. Disela-sela aku mengerjakan soal, ehhhhhhhhhhh pengawasnya tidur. Ini bukan apa-apa, karena kami bahkan tidak akan berpikir untuk mencontek atau apapun itu. In addition, kalau disekolah aku in case ada peralatan yang jatuh kita harus memanggil pengawas agar pengawas yang mengambilkan sehingga kita tidak dicurigai melukan kecurangan. Nah, pengawas ini kan tugasnya buat ngawasin kenapa ada yang tidur, ada lagi yang baca novel, dan ada juga yang ngobrol. Mungkin mereka sudah percaya dengan kita tapi ngga gini juga caranya. Ini bener-bener aku kecewa.
Untuk tahun depan adek-adek kelasku di seluruh penjuru negeri berubahlah menjadi orang yang lebih berkualitas, mengerjakan ujian dengan jujur, mulailah berubah dari sekarang. Untuk pemerintah, perketatlah kriteria-kriteria pengawasnya serta perketat lagi pengamanannya.
DANKE.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H