Mohon tunggu...
Ika NurFitriana
Ika NurFitriana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecerdasan Emosional dengan Regulasi Emosi

20 November 2022   22:59 Diperbarui: 20 November 2022   23:14 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan Regulasi Emosi berdasarkan Usia

Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan manusia, baik pada motorik, emosi, dan kognitif. Pada rentang usia ini, sinergi antara domain perkembangan dapat mempengaruhi kemajuan perkembangan anak lebih lanjut. Bayi cenderung menggunakan strategi kelekatan rasa aman untuk menunjukkan kesusahannya. 

Pada awal masa kanak-kanak, regulasi emosi tergantung pada lingkungan pengasuhannya. Pada masa pra sekolah, anak-anak menjadi sadar bagaimana emosi bisa berubah dan memahami emosi baik atau buruk sehingga anak dapat membuat pilihan informasi tentang kapan dan bagaimana anak mengatur emosinya sendiri.

Menjelang masa remaja, kemampuan untuk mengelola emosi diri menjadi lebih berkembang dan berfokus pada strategi kognitif seperti pujian. Meskipun dari remaja menuju dewasa ada penurunan fungsi fisiologis, namun orang dewasa yang lebih tua lebih jarang mengalami emosi negatif. Orang dewasa yang lebih tua juga pernah ditemukan bergerak lebih cepat keluar dari keadaan negatif daripada orang dewasa muda. Orang dewasa yang lebih tua juga dapat memahami bahwa emosi positif dapat melawan emosi negatif.

Peran Penting Pengasuhan dan Sosialisasi dalam Regulasi Emosi

Pentingnya peran pengasuhan bagi anak dalam regulasi emosi adalah adanya arahan dan bimbingan dari orang tua dalam mengelola emosinya. Dimulai dari hal yang paling sederhana yaitu bagaimana orang tua mengenalkan emosi (apa yang dirasakan anak). 

Agar anak dapat memahami perasaannya, orang tua perlu memberikan pemahaman tentang macam-macam emosi yang bisa saja muncul dalam dirinya. Sehingga dengan anak telah memahami emosi yang diarasakannya, diharapkan anak dapat mengutarakannya, kemudian orang tua mengajarkan kepada anak bagaimana mengontrol emosi yang muncul dan mengungkapkannya dengan baik, sehingga regulasi emosi anak dapat berjalan pula dengan baik.

Semakin banyak anak menjalin sosialisasi dengan orang lain, maka anak akan lebih banyak belajar mengenal dan memahami emosi dari banyak orang. Oleh karena itu, hubungan sosial itu berperan penting dalam kehidupan manusia, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dengan adanya kemampuan regulasi emosi yang baik, maka hubungan sosial individu juga akan terjaga dengan baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun