Mohon tunggu...
Ika NurFitriana
Ika NurFitriana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puber Kedua Membuat Banyak Orang Resah?

5 November 2022   15:06 Diperbarui: 5 November 2022   15:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman mengeluh kepada saya "Duh, bocil jaman sekarang meresahkan". Yah, siapa yang tidak kesal jika pelanggan kita semena-mena. Ketika dia sedang menjaga toko, ada anak kecil yang membayar sambil melempar uangnya. Pembeli memang raja, namun bukan berarti penjual adalah pembantu yang diperlakukan seenaknya. Sungguh miris mendengarnya.

            Banyak dari kita tentu prihatin dengan moral anak zaman sekarang. Bukan hanya anak-anak saja, tapi ibu saya juga pernah dibuat geram oleh temannya sendiri yang kecanduan tiktik alias tiktok. Orang-orang menyebutnya dengan puber kedua. Kata amoral dan biadab telah mejarelala, yang lebih miris lagi adalah ketika tanggapannya "Halahh sudah biasa". Apa sebenarnya moral itu? Dari mana datangnya? Naluri alamiahkah? Atau dibuat dan dibentuk?

Konsep dasar perkembangan moral           

            Kehidupan manusia tidak akan bisa terlepas dari aturan. Aturan dibuat dan disepakati untuk menjadi pedoman bagi manusia dalam hidup bermasyarakat. Moral dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 

Moral adalah proses individu dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang tepat untuk hidup bermasyarakat agar sesuai dengan norma, aturan, hukum sosial dan budaya lingkungannya. Aturan atau budaya antara satu wilayah/kelompok dengan yang lain tentu berbeda. Oleh karena itu, sering kita temui bahwa hal yang menurut kita lumrah menjadi petaka di wilayah orang.

            Pada dasarnya, tiap individu telah memiliki keyakinan dalam dirinya untuk dapat membedakan tindakan mana yang benar dan salah yang disebut dengan perilaku moral. Salah satu tanda bahwa manusia memiliki moral adalah individu memiliki kemampuan untuk memahami dan mengikuti norma, aturan, ataupun etika yang berlaku di lingkungan sosialnya. Sehingga moral bukanlah bawaan lahir, tapi moral itu diajarkan, ditanamkan, dan dibentuk dalam diri anak.

Teori perkembangan moral menurut Piaget (Moral Reasoning/Penalaran Moral) 

            Piaget mengemukakan bahwa pemikiran anak-anak itu didasarkan pada bagaimana tindakan tersebut dapat mempengaruhi mereka dan apa hasil dari tindakan tersebut (children's health). Anak-anak menganggap bahwa memecahkan 10 cangkir lebih buruk daripada memecahkan 1 cangkir. Oleh sebab itu, anak-anak kecil lebih mementingkan hasil daripada niat. Dan itu yang menjadi bawaan bagi banyak individu sampai dewasa.

  • Tahap I (usia 1-2 tahun)

Pada tahap ini, anak masih belum memiliki kesadaran akan peraturan.

  • Tahap II (usia 2-6 tahun)

Anak sudah memiliki kesadaran akan peraturan sehingga anak mulai menganggap bahwa peraturan itu bersifat mutlak, tidak dapat diubah dan tidak dapat diganggu gugat oleh apapun dan siapapun. Tahap ini disebut dengan tahap moralitas heteronom.

  • Tahap III (usia 7-10 tahun)

Pada tahap ini, sifat heteronomi anak mulai bergeser pada sifat otonomi. Artinya anak mulai memiliki keinginan untuk memahami aturan dan mau mematuhi serta mengikuti aturan yang berlaku. Tahap ini disebut dengan tahap transisi.

  • Tahap IV (usia 11-12 tahun)

Pada tahap ini, kemampuan berpikir anak mulai berkembang, dapat berpikir abstrak dan mulai memiliki kesadaran bahwa peraturan merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Sehingga tahap ini disebut juga dengan tahap pemantapan peraturan atau tahap moralitas autonom. Oleh karena itu dalam menilai suatu perbuatan, anak-anak akan mempertimbangkan akibat dan maksud tujuan dari perbuatan tersebut.

Teori perkembangan moral menurut Kohlberg 

            Kohlberg membagi tahap perkembangan moral menjadi 3 tingkat dimana pada setiap tingkatnya memiliki 2 tahap, sehingga ada 6 tahap pada perkembangan moral menurut Kohlberg.

Tingkat 1: Prakonvensional

Tahap ini terjadi pada usia kanak-kanak hingga usia 10 tahun dimana anak tidak melanggar aturan moral karena takut mendapat hukuman dari kelompok masyarakat.

  • Tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman

Anak hanya mengetahui bahwa aturan itu ditentukan dan tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, kalau tidak akan mendapat hukuman.

  • Tahap individual dan pertukaran

Pada tahap ini, perilaku anak diatur oleh timbal balik. Anak akan mengikuti aturan jika ada manfaat didalamnya. Pada tahap ini juga, anak memberikan keadilan secara langsung, seperti anak yang dipukul membalas pukulan, hal itu mereka anggap sebagai keadilan.

Tingkat 2: Konvensional

Tahap ini dimulai sekitar usia 10 tahun dan berlangsung hingga dewasa dimana anak mematuhi aturan agar diterima oleh lingkungan atau kelompoknya.

  • Tahap kesesuaian interpersonal atau orientasi mengenai anak yang baik

Anak-anak dan orang dewasa menyesuaikan perbuatan yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dimana mereka menilai dengan menganggap bahwa sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau lingkungannya, sedangkan sesuatu dikatakan tidak baik jika sikap tersebut tidak dapat diterima oleh orang lain atau lingkungannya.

  • Tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas

Anak-anak dan orang dewasa menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar diterima oleh lingkungannya, tetapi juga bertujuan untuk mempertahankan aturan dan norma atau nilai sosial yang berlaku, sebagai kewajiban dan tanggung jawab dia untuk melaksanakan aturan tersebut.

Tingkat 3: Pasca Konvensional

Remaja dan orang dewasa pada tahap ini telah memasuki tahap moralitas berdasarkan akal, mereka melihat dan memeriksa nilai-nilai dan pendapat dari kelompok yang berinteraksi dengan mereka.

  • Tahap kontrak sosial dan hak individu

Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungannya. Yaitu, seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup bermasyarakat.

  • Tahap Universal

Pada tahap ini, individu mengatur diri mereka sendiri denga napa yang mereka nggap sebagai prinsip moral universal, biasanya melibatkan persamaan hak dan rasa hormat. Mereka mematuhi aturan yang sejalan dengan prinsip universal tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

            Faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan moral adalah faktor individu itu sendiri yaitu sifat yang ada didalam dirinya, bagaimana individu tersebut menyikapi sesuatu. Faktor yang kedua adalah faktor sosial dengan lingkungannya, seperti keluarga, teman sebaya, dan budaya. Lingkungan teman sebaya menjadi banyak perhatian karena kalimat ikut-ikut teman masih menjadi trend sampai sekarang.

            Perkembangan moral juga dipengaruhi oleh upaya pembebasan diri dari ketergantungan pada orang tua sehingga dia meningkatkan interaksi dengan orang lain. Adanya interaksi yang bertambah luas, anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagai aturan untuk hidup bermoral dalam bermasyarakat.

            Urgensi pendidikan dan penerapan moral bagi anak usia dini adalah agar anak dapat membedakan mana yang baik dan yang benar. Dengan adanya prinsip yang telah tertanam dalam diri anak, maka anak tidak mudah goyah dan ikut-ikutan dengan perubahan dan energi negatif yang ada disekelilingnya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun