mahasiswa adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN termasuk ke dalam salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian, Pengabdian ini adalah bentuk kegiatan mahasiswa dalam implementasi pengabdiannya kepada masyarakat dengan hasil nyata yang di bimbing oleh Ibu Dian Ratnaningtyas Afifah M.Psi., Psikolog. Mahasiswa KKN-T MBKM UNIPMA kelompok 5 dusun Gemarang juga berperan aktif dalam pelaksanaan KKN yang dilaksanakan di salah satu kelompok Dusun Gemarang Desa Gemarang. Kelompok KKN ini terdiri dari 14 mahasiswa dari berbagai program studi yang berbeda.
Salah satu program kuliah yang dinanti dan ditungguSalah satu program kerja ungguulan KKN Kelompok 5 adalah “Percobaan Pembuatan Pupuk BSR”. Proker unggulan ini dipilih setelah para mahasiswa dari Kelompok 5 melakukan survey langsung ke Dusun Gemarang. Dari hasil survey terebut, mahasiswa menemukan permasalahan ada pada bidang pertanian. Hal ini karena mayoritas penduduk disana berprofesi sebagai petani sehingga percobaan pembuatan pupuk tentu akan sangat bermanfaat bagi tanaman mereka dan selama ini petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli pupuk kimia dari luar. Sasaran percobaan pembuatan pupuk BSR adalah kelompok tani yang ada di Dusun Gemarang. Dengan diadakannya percobaan pembuatan pupuk BSR ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kelompok tani mengenai cara pembuatan pupuk yang ramah terhadap tanamannya karena bahan yang digunakan berasal dari alam dan serta dapat membuat sendiri di rumah. Jika para kelompok tani dapat membuat sendiri pupuk untuk tanamannya, tentu akan mengurangi biaya yang akan digunakan untuk pembelian pupuk. . percobaan pembuatan pupuk ini dilakukan oleh dengan dihadiri oleh anggota kelompok tani berjumlah 70 orang. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 dan kegiatan ini berjalan lancer sesuai yang dihrapkan. Bapak Jamin selaku ketua kelompok tani Dusun Gemarang menyampaikan bahwa selama ini para petani di Dusun Gemarang ini selalu membeli pupuk kimia dari luar yang kurang disarankan untuk digunakan pada tanaman karena kandungan kimianya dapat merusak tanaman maupun struktur tanah dan harganya pun terbilang tidak murah.
Dalam Kegiatan Percobaan Pembuatan Pupuk BSR ini para mahasiswa KKN dari kelompok 5 mengundang Ibu Pujiati, S. Si., M. Si yang merupakan dosen dari prodi pendidikan biologi Universitas PGRI Madiun sebagai pemateri. Ibu Pujati menyampaikan bahwa penggunaan pupuk yang berasal dari bahan kimia yang selama ini digunakan oleh para petani dapat berdampak buruk bagi tanaman dan juga merusak struktur tanah. Sehingga, hasil panen pun tidak maksimal dan memberikan dampak buruk jika pupuk kimia ini digunakan terus-menerus. Selama ini para petani menggunakan pupuk kimia ini karena dinilai dapat mempercepat masa panen yang tanpa sadar dapat merusak tanaman dan juga tanah. Hal ini terjadi dikarenakan keterbatasan informasi para petani mengenai pupuk yang dapat dibuat dari bahan organik. Sedangkan pengertian dari pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan, dan atau limbah organik lainnya yang telah melalui proes rekayasa, berbentuk padat atau cair dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba ang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan atau biologi tanah (Kementan, 2019). Pupuk kimia oleh petani dianggap sebagai solusi cepat untuk tanamannya agar cepat panen. Efek jangka panjang dari penggunaan pupuk kimia ini sangat membahayakan tanaman itu sendiri dan juga tanah disekitarnya karena apabila struktur tanah rusak maka tidak akan dapat ditanami oleh petani. Apabila hal itu terjadi maka para petani pun tidak akan bisa bercocok tanam dan akan kehilangan penghasilan.
BSR sendiri merupakan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari campuran beberapa bahan hasil fermentasi dari bahan organik seperti jerami, sekam, dedak padi, dedak jagung, dedak gandum, sekam padi, ampas tahu, ampas kelapa, sampah daur ulang, rumput dan kotoran hewan (Hardianto 2008). Bahan-bahan tersebut difermentasi dengan menggunakan bahan aktivator mikroorganisme untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi yang dikenal dengan effective microorganism (EM).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H