Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Membenci Anjing?

28 Februari 2021   20:32 Diperbarui: 28 Februari 2021   21:17 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu musim haji, demikian cerita tersebut dimulai, seorang warga Bangkalan berniat berangkat haji ke tanah suci. Sebelum ke Tanah Suci, si fulan, sowan terlebih dahulu ke Syaikhona Cholil. Penting baginya untuk mendapatkan bekal doa dari kiai yang telah dianggap wali tersebut. Tetapi pada hari di mana ia datang ke hadapan Syaikhona Cholil, ia justru dititipi surat.

"Surat ini saya titip kepadamu, setiba di Masjidil Haram, berikan pada seekor Anjing Hitam." Kata Syaikhona Cholil singkat.

Si Fulan tak berani bertanya lebih jauh. Surat segera dimasukkan dalam saku pakaiannya. Beberapa waktu kemudian, Si Fulan berangkat ke Tanah Suci. Surat tentu saja dibawanya serta.

Ketika tiba di Masjidil Haram, ia segera berupaya melaksanakan amanat, menyampaikan surat pada seekor anjing hitam. Tetapi tidak dilihatnya seekor anjing pun di tempat itu. Ia keluar dari Masjid dan duduk di halamannya, sembari merenung kepada siapa surat itu akan disampaikan.

Sedang ia duduk tercenung, tak dinyana, mendadak di hadapannya telah berdiri sesosok anjing berbulu hitam. Tanpa pikir panjang lagi, surat itu diserahkannya. Si anjing hitam, serta merta, mengambil surat itu dengan menggigitnya. Telinganya bergerak-gerak. Matanya tajam menatap si fulan, seolah-olah mengucap terima kasih. Kemudian dengan pelan dan anggun, anjing hitam itu berjalan meninggalkan si fulan.

Si Fulan lega. Amanat telah ditunaikan. Tugas menyampaikan surat tuntaslah sudah. Setiba kembali ke Bangkalan, segera yang pertama dilakukan adalah menemui Syaikhona Cholil. Si Fulan menyampaikan bahwa surat sudah sampai di mulut si anjing hitam. Ya...mulut, soalnya si anjing memang menyambut surat itu dengan mulut, bukan tangan.

Syekhona Cholil berterima kasih. Sebaliknya si Fulan justru menyimpan tanya di hatinya. Rasa penasaran semakin membuncah. Karena rasa penasaran yang semakin menekan, si Fulan akhirnya memberanikan diri bertanya,

"Kiai...mengapa surat itu harus diberikan kepada seekor anjing hitam?"

Sejurus Syakhona Cholil menatap si Fulan, lalu katanya sembari tersenyum,

"Tahukah kamu, anjing hitam itu bukan sembarangan anjing. Dia adalah wali yang menyamar menjadi anjing dan sedang menunaikan haji tahun ini."

"Subhanallah....!" Spontan si Fulan menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun