Bagi yang terbiasa melawan dengan terang-terangan, demonstrasi, menggelar aksi massa apalagi yang ingin melakukan revolusi, cara-cara bertahan semacam ini boleh jadi dianggap naif. Tetapi banyak sekali catatan para antropolog, seperti James C. Scott, Steve Crawshaw atau pun John Jackson yang menunjukkan, perlawanan dalam bentuk kebudayaan, semacam cara berkomunikasi To lise ini, yang membuat komunitas bersangkutan bisa menjadi penyintas.Â
Kekuasaan bisa menemui jalan buntu dan perubahan kebijakan mau tidak mau harus dilakukan, karena tindakan-tindakan kecil yang dilakukan oleh komunitas lokal. Saya meyakini hingga detik ini, berbagai komunitas lokal bisa tetap hadir di Indonesia, karena cara-cara bertahan melalui kebudayaan tersebut.
Para komunitas itu tidak perlu menyusun semacam gerakan organik, sebab praktik kebudayaan sehari-harinya adalah bentuk perlawanan itu sendiri. Â Every day form of resistance, begitu James C. Scott menyebutkannya.
Di tengah situasi saat ini, di mana begitu banyak kebijakan pemerintah yang rasa-rasanya tidak berpihak pada rakyat kecil dan masyarakat pinggiran, cara-cara negosiasi kultural ala komunitas lokal ini patut kita simak kembali. Â Sebab bagaimanapun kecilnya ranting yang tertanam kuat di sungai, ia tetap bisa membelokkan arus sungai yang deras. Begitulah, kurang lebih, Â ungkapan Crawshaw. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H