Tentu tidak semua turun ke jalan, tetapi semangat dan emosi mereka sama dengan semangat dan emosi mahasiswa. Sementara aksi Mei 2019 ini, kendati menyebut-nyebut soal itu pula, tetapi semua sama paham letak persoalan sesungguhnya, hanyalah soal politik elektoral. Â
Betul ada masalah ekonomi saat ini, tetapi pemerintah bisa tetap menjaga sehingga masyarakat masih bisa membeli kebutuhannya. Inflasi tidak menanjak naik. Ketimpangan antara daerah semakin dikikis dengan digalakkan pembangunan di daerah seperti Papua dan daerah Timur lainnya. Â
Hal-hal tersebut sedikit banyaknya meredam masyarakat lainnya yang berada di luar dukung-mendukung calon tertentu, untuk tidak terlibat dalam aksi Mei 2019. Hal ini tergambar jelas dari adanya penolakan masif dari berbagai tokoh agama, tokoh masyarakat dan berbagai elemen masyarakat dari seluruh Indonesia terhadap gerakan people power.
Di media sosial pun terlihat betapa kuatnya penolakan masyarakat tersebut. Bahkan beberapa yang ikut menengarai adanya kecurangan, lebih menyarangkan protes dilayangkan melalui jalur konstitusi, yaitu ke MK.
Inilah tiga alasan saya, kenapa aksi Mei 2019 ini tidak sama dengan aksi 1998. Anda boleh setuju, tidak juga, tidak apa-apa. Tetapi Bapak BJ Habibi juga tidak setuju aksi Mei 2019 ini disamakan dengan aksi 1998. Itu saja. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H